Thursday, March 1, 2007

Sholat Berjamaah



Apa pentingnya shalat berjamaah? Rasulullah mengatakan bahwa shalat sendirian bernilai 1, sedangkan shalat berjamaah bernilai 27 kali lipat. Bagaimana menjelaskannya?

Seperti telah kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat memancarkan energi. Ini bisa dianalogikan dengan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan lampu atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan energinya. Tetapi begitu terhubung, dia akan memancarkan energinya.

Demikian Pula orang shalat. Pada saat dia belum melakukan shalat, maka energi itu tidak terpancarkan, tetapi begitu dia melakukan shalat maka energinya akan terpancar secara vertikal maupun horisontal.

Ibarat baterai, kalau kita menyalakan lampu dengan sebuah baterai, maka terang sinarnya tentu akan kalah dengan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan 3 baterai atau 10 baterai. Semakin banyak baterai yang digunakan maka nyala lampu itu akan semakin terang.

Demikian juga dengan orang shalat. Jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat berjamaah, maka pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Persis sejumlah baterai yang digabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.

Jadi, dengan shalat berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar ketimbang shalat sendirian. Karena itu, kata Rasulullah, kalau shalat berjamaah barisannya (shafnya) jangan renggang-renggang. Persis dengan sejumlah baterai yang dihubungkan serial : satu dengan yang lainnya harus bersentuhan positip dan negatipnya. Demikian Pula shalat berjamaah, kita harus bersentuhan satu sama lain. Tentu, tidak perlu sampai berdesak-desakan karena justru. akan mengganggu kehusyukan shalat kita.

Dengan demikian, ketika shalat berjamaah kita semua seperti berada dalam sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita harus seirama. Tidak boleh saling silang antar peserta shalat itu. Misalnya, sang imam sudah takbiratul ihram, makmum masih sibuk meluruskan barisan. Dan ketika imam sudah baca Al fatihah, kita baru takbiratul ihram. Atau ketika imam baca surat Quran, kita malah membaca Al Fatihah. Ini menurut saya tidak layak disebut sebagai shalat berjamaah. Melainkan, sekadar shalat sendirian yang bareng bareng!

Shalat jamaah yang baik adalah, ketika imam takbiratul ihram kita segera mengikuti takbiratul ihram. Saat imam baca Al fatihah kita juga baca Al fatihah, atau menirukan atau menyimak secara khusyuk. Pada waktu imam baca surat Quran, kita menyimaknya. Dan bila imam mengucapkan takbir disusul dengan gerakan, kita juga segera mengikuti. Begitulah shalat jamaah yang baik. Apa yang dilakukan imam, makmumnya harus segera mengikutinya, sesuai dengan rukunnya.

Yang paling sering kita temui adalah, ketika imam baca Al fatihah makmum diam. Tetapi ketika imam baca surat, makmum baca Al fatihah. Ini harus segera diperbaiki. Membaca surat Al Aftihah di dalam shalat memang menjadi keharusan. Sehingga dikatakan tidak sah shalat seseorang jika tidak membaca Al fatihah. Tetapi itu kalau shalat sendirian. Kalau kita shalat berjamaah, maka kewajiban membaca Al fatihah itu sudah diambil alih oleh imam. Jadi, seorang makmum tidak membacanya pun ketika berjamaah itu tidak apa-apa. Buktinya, kalau kita masbuk terlambat mengikuti shalat berjamaah maka shalat kita tetap sah meskipun tidak membaca Fatihah.,

Contohnya, kita datang di masjid ketika imam sudah selesai membaca surat Quran, di rakaat pertama. Lantas dia takbir, kemudian rukuk. Kita yang terlambat dianjurkan langsung saja takbiratul ihram dan kemudian rukuk mengikuti imam. Meskipun kita tidak sempat membaca fatihah, kita masih dianggap memperoleh satu rakaat. Asalkan, kita masih bisa mengikuti rukuknya secara tuma'ninah. Ini membuktikan bahwa, meskipun rukun, membaca Al Fatihah tidak lagi menjadi kewajiban perseorangan ketika kita shalat berjamaah.: Tanggung jawabnya sudah diambil alih oleh Imam.

Intinya, shalat berjamaah haruslah betul-betul kompak, supaya bisa menghasilkan energi yang terfokus, simultan, dan saling menguatkan. Janganlah dengan shalat berjamaah, justru energi yang dihasilkan bertambah mengecil karena saling mengganggu dan meniadakan. Seperti sejumlah baterai yang serial, tetapi plus/ minusnya terbalik-balik. Bukan menghasilkan nyala lampu yang lebih terang tetapi malah tidak menyala.