Thursday, March 1, 2007

Pengobatan Dengan Energi Positif



Suatu ketika, ada seorang kawan mencari ruangan untuk mengadakan acara pengobatan massal la bukan seorang dokter, melainkan seorang penyembuh dengan menggunakan tenaga prana. Dia seorang non muslim.

Dia mau menyewa hall di sebuah gedung, maka waktu itu saya ajak dia berkeliling gedung berlantai 21 itu. Sampai suatu ketika masuklah kami ke sebuah hall di lantai 3. Hall itu cukup luas, bisa menampung sekitar 250 orang

Ketika memasukinya, dia lantas memberikan komentar yang agak mengherankan saya, “wah, ruangan ini cocok untuk pengobatan,” katanya. Saya lantas bertanya kepadanya, ‘Lho Anda kok bisa mengatakan demikian. Memangnya kenapa?’ Dia lantas mengatakan bahwa ruangan ini cocok untuk kegiatan- kegiatan semacam pengobatan dan berdoa, karena mengandung energi positif yang cukup besar. Saya langsung terperanjat, dan mengatakan kepadanya bahwa Hall itu memang dipakai untuk shalat Jumat setiap minggunya. Dan dia membenarkan. Jadi, ternyata energi-energi akibat orang berdoa dan shalat di sana masih terus membekas di sekeliling ruangan.

Secara ilmiah dan praktis, ternyata memang bisa dibuktikan bahwa energi-energi positif yang dihasilkan dari kegiatan peribadatan bisa digunakan untuk pengobatan. Orang sakit psikis maupun fisik jika ditinjau dari sistem energialnya, mengalami gangguan kestabilan, energi di dalam tubuhnya. Hanya saja, ada yang bisa disembuhkan dengan cara menormalkan sistem energinya, tetapi ada juga yang tidak bisa, karena telah teriadi kerusakan secara fisik.

Dalam keadaan normal, sistem energi seseorang dikatakan stasioner. Sebaliknya ketika sakit, sistem energinya mengalami gangguan. Dalam ilmu Fisika Modern disebut tereksitasi. Untuk menyembuhkanya, maka kita harus menstabilkan kembali kekacauan sistem energi di dalam tubuhnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memasukkan energi positip dari luar tubuh orang yang sakit itu, dengan fungsi untuk mengatur kembali susunan energinya.

Sebagai contoh adalah besi magnet. Sebuah logam bisa menjadi magnet jika susunan elektron-elektronnya teratur mengikuti pola tertentu. Jika susunan elektron tersebut dibuyarkan misalnya dengan cara memukul-mukul besi magnet itu dengan palu maka besi magnet itu pun kehilangan daya magnetnya.

Sebaliknya, jika ada batang besi biasa yang kemudian digosok gosok menggunakan besi magnet dengan pola tertentu, maka susunan elektronnya akan menjadi teratur, dan kemudian besi biasa itu akan berubah menjadi magnet pula. Jadi, kuncinya adalah keteraturan pola elektron-elektronnya.

Demikian Pula dalam tubuh kita, jika susunan bioelektron di dalam tubuh kita mengalami kekacauan, maka kita akan terkena sakit. Sebaliknya jika susunan bioelektron kita tertata dengan baik, maka kita sehat. Hal ini berlaku psikis maupun fisik, secara simultan.

Nah, ketika seseorang berdekatan dengan Ka'bah, maka sebenarnya dia telah berada di dekat sumber energi positif yang sangat dahsyat. Jika mau, maka dia bisa melakukan pengobatan dirinya dengan menggunakan sistem energi Ka'bah tersebut. Tentu saja, dia harus mengikuti tatacara tertentu.

Yang paling mendasar dia harus ‘membuka’ hatinya dengan sepenuh keyakinan dan keikhlasan. Seseorang yang tidak yakin dan tidak ikhlas, maka sama saja dengan dia tidak membuka hatinya untuk terjadi resonansi energi positif dari Ka'bah. Karena, seperti saya sampaikan sebelumnya, bahwa pintu keluar masuknya. energi tersebut adalah lewat hati secara resonansi. Sebagaimana sabda Rasulullah: inna a malu binniyati . “Sesungguhnya amal perbuatan kita itu bergantung Pada niatnya.”

Yang kedua, dia harus meyakinkan pada dirinya bahwa permintaan itu hanya diajukan kepada Allah. Bukan kepada Ka'bah. Sistem energi Ka'bah itu hanya menjadi pintu keluar masuknya energi positif, sebagaimana difirmankan Allah dalam ayat berikut ini. QS. Syu'araa' (26) : 80
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.”

Yang ketiga, mintalah dengan sepenuh hati dan secara spesifik menyebut hajat yang kita tuju, dengan terlebih dahulu memuji-muji Allah lewat Asmaul Husna yang sesuai dengan permintaan kita itu, sambil merendahkan diri di hadapanNya. Misalnya, kalau kita meminta kesembuhan sakit kita, maka pujilah Allah sebagai Dzat Yang Maha Mengobati. Atau sebut Ya Razaaq untuk mohon rezeki, dan lain sebagainya. Boleh juga doa kita sampaikan dalam bahasa Indonesia saja. Allah memahami hajat kita, apa pun bahasa yang kita gunakan.

QS. Al A'raaf (7) : 180
“Allah mempunyai nama-nama yang baik, maka berdoalah dengan menyebut nama nama yang baik itu (asmaul busnaa). . . “

QS. Al a'raaf (7) :, 55
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri, dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Keempat, sebaiknya doa kita itu diajukan sesudah kita melakukan Thawaf dan shalat. Power yang keluar akan semakin besar. Dan tentu semakin mustajab. Karena salah satu kondisi yang mustajab adalah berdoa di dalam atau sesudah shalat.

QS Al Baqarah (2)
“Wahai orang-orang yang beriman, minta tolonglah kalian kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Dan yang kelima, lakukanlah do'a itu berulang kali, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Karena semakin sering kita berdoa, maka energinya akan semakin besar. Allah menyukai orang-orang yang sabar dan penuh keikhlasan.