Thursday, March 1, 2007

Sebenarnya DIAlah yang Eksis, Kita Yang Semu



Ketika sampai pada bagian ini, tiba-tiba kita memperoleh kesan bahwa sepertinya keberadaan manusia dan seluruh makhluk di alam semesta. ini semu belaka. Yang sesungguhnya ada cuma Allah, sang Perkasa ...

Kesan ini muncul sebagai konsekuensi atas diskusi yang kita kembangkan sebelumnya. Bukankah kita telah meyakini bahwa sebelum ada segala sesuatu, yang ada hanyalah Dzat Allah belaka. Lantas, dari DzatNya itulah diciptakan segala sesuatu, termasuk ruang dan waktu. Jadi 'waktu' itu dulu pernah tidak ada. Demikian pula 'ruang'. Sehingga, pada suatu ketika, pernah tidak ada 'waktu' dan tidak ada 'ruang' di alam semesta ini. Yang ada hanya kemutlakan Allah.

Dan selanjutnya, karena ruang dan waktu adalah makhluk ciptaan Allah, maka suatu ketika keduanya bisa musnah. Nanti, suatu ketika, 'waktu' akan menghilang. Tidak ada lagi parameter waktu. Sehingga pertanyaan 'Kapan' tidak bermakna lagi, karena waktu sudah tidak bergerak. Demikian pula ‘ruang’ alias tempat. Ketika itu, pertanyaan 'Dimana' juga tidak bermakna lagi, karena tidak ada ruang. yang ada hanyalah kemutlakan Allah.

Bahkan surga dan neraka juga lenyap. Alam akhirat yang kita yakini sebagai alam yang kekal abadi, suatu ketika juga akan lenyap, bersama lenyapnya langit dan bumi. Sekali lagi, yang ada hanya Allah. Ini telah difirmankan Allah di dalam Al Quran, sebagai berikut.

Al Qashas (28) : 88
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala Penentuan, dan hanya kepadaNya lah kamu dikembalikan.”
Ayat ini dengan sangat gamblang mengatakan bahwa seluruh makhluk akan musnah. Apa dan siapakah makhluk itu? Seluruhnya, selain Allah. Jadi, di dalamnya, termasuk malaikat, manusia, alam semesta, surga dan neraka.

Memang, alam akhirat dikatakan sangat panjang usianya. Bahkan bisa dikatakan kekal. Tetapi, tentu logika kita tidak bisa menerima kalau dikatakan bahwa alam akhirat itu kekal selama lamanya, dan tidak bisa hancur. Sebab, selain Allah berarti adalah makhluk ciptaanNya. Sebagaimana dunia, alam akhirat akan mengalami kehancurannya. Inilah yang di dalam terminologi Islam dikenal sebagai kiamat kubra.alias kiamat besar. Sedangkan, hancurnya dunia disebut sebagai kiamat sughra alias kiamat kecil.

Ketidak kekalan akhirat ini dikatakan oleh Allah di dalam QS. Huud (11) :106 - 108
“Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah di dalam neraka, di dalamnya mereka menarik dan mengeluarkan nafas.”

“Mereka kekal di dalamnya, selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kebendaki.”

“Adapun orang-orang yang bahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tiada putus putusnya.”

Kebanyakan kita berpendapat bahwa alam akhirat (surga dan neraka) tidak akan mengalami kehancuran lagi. Saya, tidak berpendapat demikian. Apalagi dalam firmanNya di atas, Allah jelas-jelas mengatakan bahwa kekalnya surga dan neraka itu adalah sekekal langit dan bumi. Padahal kita tahu persis bahwa langit dan bumi akan mengalami kehancurannya.

Dalam salah satu teori tentang kehancuran alam semesta, dikatakan bahwa kiamat yang kedua yaitu lenyapnya alam semesta diperkirakan akan terjadi 18 miliar tahun ke depan. Memang sebuah perjalanan waktu yang sangat panjang. Hampir kekal, ditinjau dari usia manusia yang hanya puluhan tahun. Tetapi tetap saja, tidak bisa dikatakan kekal abadi. (lebih jauh akan saya bahas di lain kesempatan)

Di dalam ayat yang lain, secara eksplisit Allah mengatakan bahwa surga itu seluas langit dan bumi.
QS. Ali Imran (3) : 133
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang beriman.”

Ayat di atas, dengan sangat jelas mengatakan bahwa surga dan alam semesta ini berimpit besarnya. Dan sekaligus eksistensinya. Sehingga ketika suatu saat nanti alam semesta ini lenyap, maka surga juga akan menemui akhir eksistensinya. Lantas, kemanakah segala eksistensi ini? Lenyap, kembali kepada Allah ...

Dengan demikian, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa eksistensi yang sebenarnya hanyalah Allah sang Maha Perkasa. Kita semua, termasuk segala benda di alam semesta ini, adalah semu belaka. Keberadaan kita hanyalah sementara. Seiring dengan terciptanya ruang dan waktu. Begitu ruang dan waktu itu hilang, maka hilang pula kita. Bahkan pada saat kita eksis ini pun, hanyalah menjadi semacam pantulan atau cerminan dari eksistensi Allah ...