Ka'bah adalah ‘rumah tua’ yang sudah berusia ribuan tahun. Ada yang mengatakan bahwa rumah suci itu untuk pertama kalinya dibangun oleh nabi Adam. Tetapi memang tidak ditemukan catatan sejarah yang otentik tentang dibangunnya Ka'bah oleh nabi Adam. Cerita tentang siapa yang membangun Ka'bah secara otentik dijelaskan sendiri oleh Allah di dalam Al Quran, bahwa yang membangunnya adalah nabi Ibrahim bersama putranya, nabi Ismail.
QS Al Baqarah (2) : 127
“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa) : Ya Tuhan Kami terimalah daripada kami (amalan kami) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”
QS Ali 'Imran (3) : 96
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun (untuk beribadah) bagi manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkati dan merjadi petunjuk bagi sekalian alam”
QS. Al Hajj (22) : 29
Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)
Pada waktu membangun Ka'bah itu, usia nabi Ibrahim diperkirakan sekitar 100 tahun. Setelah memperoleh perintah dari Allah, maka Ibrahim datang ke (cikal bakal) kota Mekkah, di mana Ibrahim pemah meninggalkan Siti Hajar dan Ismail sewaktu bayi. Mekkah pada waktu itu telah menjadi kota yang cukup ramai, dan menjadi tempat persinggahan para kafilah dan pedagang, karena di dekatnya ada sumur Zam-zam.
Inilah menurut Quran rumah ibadah yang tertua. Hal ini ditegaskan oleh Allah, karena para ahli kitab pada waktu itu mengatakan bahwa rumah ibadah yang tertua adalah Baitul Maqdis di Palestina. Namun Allah menotak dengan tegas, sebagaimana difimankan dalam QS Ali Imran : 96 di atas.
Kalau kita membaca QS Al Baqarah 127, kita mendapat kesan bahwa dasar-dasar Baitullah itu sudah ada. Ibrahim dan Ismail tinggal meninggikannya saja. Bahkan, banyak penafsir yang menyimpulkan bahwa nabi Ibrahim memang telah mendapat perintah yang detil tentang pembangunan Ka'bah itu. Sehingga bentuk dan lokasi baitullah itu memang telah menjadi pilihan Allah. Dikisahkan juga bahwa lokasi sumur Zam-zam maupun baitullah itu ditunjukkan oleh malaikat Jibril atas perintah Allah.
Bagaimanakah spesifikasi Baitullah yang dibangun oleh nabi Ibrahim tersebut? Dalam Holy Quran dijelaskan bahwa Ka'bah yang mula-mula dibangun itu memiliki tinggi 9 hasta. Panjang dari Hajar Aswad sampai Rukun Syami 32 hasta. Lebarnya, dari Rukun Syami sampai Rukun Gharbi 22 hasta. Panjang dari Rukun Gharbi sampai Rukun yamani 31 hasta. Lebarnya dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad 20 hasta.
Jadi bentuknya tidak simetris. Kekuatan pilarnya ada pada kedua sudut Yamani. Sedangkan di bagian Hajar Aswad tidak terdapat pilar. Batu hitam tersebut dijadikan satu dengan dinding dalam bentuk setengah lingkaran sebagaimana bisa dilihat sekarang di sana. Sedangkan pintunya, waktu itu hanya berupa kerangka saja sejajar tanah, yang kemudian disempurnakan oleh generasi berikutnya.
Ka'bah dengan ketinggian 9 hasta yang didirikan oleh Ibrahim itu kini telah memiliki ketinggian 3 kalinya, yaitu sekitar 27 hasta. Pada waktu itu, Ibrahim meletakkan ketinggian itu pada pondasi setinggi 6 hasta.
Ketika suku bangsa Quraish merenovasi Ka'bah, mereka memindahkan dinding sebelah utara Ka'bah sejauh 5 hasta ke arah selatan, dan menambahkannya ke Hijr Ismail. Dan ketika Abdullah bin Al Zubair merenovasinya kembali dia mengembalikan posisi bangunan itu seperti ketika jaman nabi Ibrahim. Dia juga menambahkan luasan Hijr Ismail ke Ka'bah. Akhirnya, Al Hajjaj bin Yusuf melakukan renovasi terhadap Hijr Ismail seperti bentuk yang sekarang kita lihat.
Secara ringkas tetapi mendetil, sejarah pembangunan Ka'bah sebagaimana tercantum, dalam al-islam.com.
Saya hanya ingin memberikan gambaran intinya saja, bahwa Ka'bah memang telah mengalami pembangunan dan renovasi berulangkali selama ribuan tahun, sejak dibangun oleh nabi Ibrahim a.s. bersama nabi Ismail a.s. Namun, ada beberapa hal yang tetap eksis seperti semula, yaitu letak pondasi dan posisi Hajar Aswad.
Sehingga Ka'bah sebagai pusat sistem energi, sejak ribuan tahun yang lalu hingga kini tetaplah sama, seperti saya jelaskan di bagian lain, tentang energi orang thawaf dan energi orang shalat. Kedua peribadatan itu mengambil Ka'bah dan hajar aswad sebagai pusatnya.
Ada suatu cerita yang sangat menarik, pada jaman Abdullah bin Zubair ra melakukan renovasi. Ketika Ibnu Zubair menghancurkan Ka'bah dan meratakannya dengan tanah, dia menemukan fondasi peninggalan Ibrahim as. yang terdapat di dalam Hijir Ismail, sekitar enam hasta. Batu-batu tersebut berbentuk seperti leher unta, berwarna merah. Satu dengan yang lainnya saling bersilang seperti persilangan jari-jari.
Salah seorang dari mereka, Abdullah bin Muthi' Al Adawi meletakkan sebuah tongkat besi yang dipegangnya untuk mendongkel pondasi di salah satu sudut Ka'bah. Apakah yang terjadi ?
Ternyata seluruh bangunan Ka'bah bergerak. Seluruh sudutnya ikut bergetar. Bahkan, yang lebih mengejutkan, seluruh kota Mekah juga ikut bergetar dengan getaran yang dahsyat. Orang-orang terkejut dan cemas, lalu Ibnu Zubair berkata, "Saksikanlah!" Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak meneruskan pembongkaran pondasi Ka'bah. Dia lalu melanjutkan pembangunan di atas fondasi yang telah ada:
Dengan adanya fakta ini, saya ingin mengatakan bahwa agaknya pondasi itulah yang menjadi esensi dan kunci dari bangunan Ka'bah. Sangatlah menarik, ketika pondasi itu mau dipugar, temyata terjadi gempa. Kenapa bisa demikian?
Disinilah letak misterinya. Sama misteriusnya dengan mata air Zam-zam yang tidak pemah kering, meskipun sumur itu berada di tengah-tengah padang pasir yang gersang. Agaknya, di sekitar lokasi tersebut terdapat struktur geologi yang unik dan misterius. Memang sampai sekarang belum ada penelitian yang mendalam tentang hal, ini. Tetapi Insya Allah, di masa depan akan ada fakta-fakta yang menggambarkan secara jelas tentang misteri yang luar biasa itu.
Tentang sumur Zam-zam misalnya, sangatlah aneh. Sejak ribuan tahun yang lalu mata air itu tidak pemah kering. Padahal berjuta-juta bahkan bermiliar-miliar liter air telah dibawa para jamaah haji untuk oleh-oleh pulang ke negaranya, setiap tahunnya. Tetapi zam-zam tidaklah pernah kering. Mata air Zam-zam tidak bergantung pada turunnya air hujan, melainkan pada struktur geologi tertentu yang sangat misterius. Belum pernah ada di daerah mana pun di belahan bumi ini.
Hal ini, agaknya terkait Pula dengan sejarah-sejarah yang lain. Selain lokasi Ka'bah dan zam-zam, bagian yang misterius lainnya adalah, kenapa seluruh rasul turun di daerah sekitar Timur Tengah. Apakah keistimewaan kawasan ini sejak awal? Demikian Pula pernah digambarkan bahwa pada jaman nabi Nuh, pernah terjadi banjir dahsyat yang menenggelamkan bukit-bukit di sekitamya. Dan pada waktu itu, beliau diperintahkan untuk membuat perahu raksasa. Ada kesan bahwa di jaman itu terdapat pohon-pohon besar yang memungkinkan nabi Nuh membuat perahu untuk menyelamatkan umatnya.
Jadi sebelum gersang dan tandus seperti sekarang ini, daerah Timur Tengah itu adalah sebuah daerah yang sangat subur. Dimana, di sana juga disinyalir diciptakanNya Adam dan Hawa, di sebuah kebun (jannab = surga = kebun) yang sangat indah, dengan beraneka pepohonan dan lingkungan yang ideal.
Terlalu banyak misteri yang belum tersingkap dari sisi ini. Adalah tugas para ahli sejarah dan geologi untuk membongkar misteri ini sehingga lebih transparan. Sedangkan saya hanya ingin berdiskusi dari sisi Fisika Modem terhadap kemisteriusan Ka'bah sebagai pusat peribadatan umat Islam ini.