Allah berfirman di dalam QS Al Hadiid (57) : 12 bahwa orang orang beriman ketika dibangkitkan di akhirat nanti akan mengeluarkan cahaya di wajah dan di sebelah kanannya.
“(yaitu) pada hari ketika kamu melibat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak.’”
Bagaimana hal ini bisa dijelaskan? Seperti telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa tubuh manusia mengandung milyaran bio elektron, yang tersusun dalam sebuah sistem energial yang memiliki simpul utama jantung atau hati.
Dalam sebuah jaringan PLN, pusatnya adalah sebuah mesin pembangkit listrik. Dari mesin pembangkit ini, listrik disebarkan kepada gardu gardu induk, dilanjutkan ke gardu yang lebih kecil, dan akhimya menuju ke rumah kita. Di rumah kita jaringan listrik itu masih kita pecah untuk berbagai keperluan seperti lampu, AC, pompa air, mesin cuci dan lain sebagainya.
Jaringan tubuh kita juga memiliki sistem jaringan energi yang hampir sama. Dari simpul utama di jantung, jaringan itu menuju ke organ-organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, paru, dan sebagainya. Di dalam organ tersebut jaringan terpecah menuju sel-sel. Di dalam sel-sel, jaringan listrik itu dipecah lagi menuju molekul-molekul berjumlah jutaan molekul. Dan akhimya seluruh jaringan itu berujung pada elektron-elektron yang berjumlah milyaran.
Hanya saja, sistem ini memiliki perbedaan dengan sistem dalam jaringan PLN. Pada jaringan listrik PLN, pusatnya adalah mesin pembangkit listrik. Disanalah listrik itu dihasilkan, kemudian di distribusikan. Tetapi dalam jaringan energi tubuh manusia, justru sebaliknya. Penghasil listrik yang sesungguhnya ada pada unit terkecil yaitu bioelektron. Dari milyaran elektron itulah muncul sistem kelistrikan yang menjurus ke molekul-molekul, lantas mengisi sistem sel, mengaliri sistem organ, dan akhirnya membentuk sistem energi di seluruh tubuh manusia. Jantung atau hati menjadi simpul utama, semacam pusat kendalinya.
Dengan sistem energi yang demikian terstruktur itu, maka tubuh manusia memang harus dilihat dalam pandangan yang komprehensif. Setiap terjadi perubahan pada salah satu strukturnya, maka perubahan itu akan mengimbas ke seluruh sistem energialnya. Gangguan pada organ seperti ginjal, paru, atau apalagi jantung, akan menyebabkan keseimbangan energinya juga terganggu.
Tentu saja, yang paling vital adalah jantung, sebagai salah satu simpul energi yang paling dominan. Salah satu fakta yang menarik adalah lewat jantung ini kita bisa mengukur denyutan listrik yang terkait dengan gerak hati atau jiwa kita. Pengukuran lewat ECG (Electric Cardio Graph) akan memberikan informasi kepada kita apakah seseorang sedang marah, sedih atau sedang tenang. Jantung adalah cermin dari sikap, hati kita.
Jadi, kembali kepada persoalan semula, bahwa seluruh sistem energi tubuh kita itu bisa kita pengaruhi dari sisi mana saja. Bisa kita stimulasi lewat organ, lewat sel, maupun lewat bioelektron. Dan yang paling mendasar adalah bahwa sistem itu memiliki frekuensi tertentu.
Jika seseorang sedang marah, maka seluruh sistem energi dalam tubuh kita itu akan bergetar dengan frekuensi kemarahan tersebut. Yang mula-mula terserang adalah jantung hati kita. Jantung akan berdetak detak dengan frekuensi yang kasar. Getaran jantung itu lantas akan menyebar ke seluruh organ tubuh, menjalar ke jutaan sel dalam tubuh kita, dan akhirnya menggetarkan milyaran. bioelektron di dalam tubuh kita. Karena itu, ketika seseorang marah, maka bukan hanya jantungnya yang berdenyut tidak beraturan, melainkan juga seluruh tubuhnya gemetaran.
Demikian pula sebaliknya., orang yang sedang dalam kondisi kejiwaan yang stabil. Orang yang sedang tenang hatinya, maka denyut jantungnya juga akan tenang, stabil dan lembut. Getaran itu juga akan mengimbas ke seluruh tubuhnya lewat organ, sel-sel dan bioelektron. Karena itu Allah mengatakan di dalam Al. Quran, QS. Ar Ra'duu (13) : 28
“Yaitu orang‑orang yang beriman dan tenang hatinya ketika mengingat Allah, ketahuilah sesungguhnya dengan mengingat Allah itu hatimu akan menjadi tenang.”
QS. Az Zumar (39) : 23
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (Mutu ayat‑ayatnya) lagi berulang‑ulang, gemetar karenanya kulit orang‑orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan bati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikebendaki‑Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.”
Betapa jelasnya Allah mengatakan dalam ayat-ayat di atas, bahwa hati manusia yang tentram itu akan mengimbas sampai ke kulitnya. Kulitnya akan ikut ‘tenang’ dan lembut. Hal ini bisa kita lihat dalam kehidupan kita sehari‑hari. Orang‑orang yang rileks dan tentram, kulitnya akan terasa lembut dan cerah di wajahnya.
Sebaliknya orang yang stress, tegang dan marah, maka kulitnya akan ikut tegang. Juga roman wajahnya. Maka relaksasi biasanya dilakukan dengan cara pemijatan untuk mengendurkan otot‑otot dan kulit yang tegang. Kulit yang tegang juga bisa menjadi indikasi terjadinya ketidak seimbangan energi dalam tubuh seseorang. Pemijatan yang benar akan bisa mengembalikan ketidak seimbangan itu.
Yang lebih menarik, Allah mengatakan bahwa ketentraman itu bisa diperoleh lewat dzikir‑dzikir kepada Allah. Dengan kata lain, keseimbangan energi dalam tubuh dan kelembutan serta kesehatan kulit kita bisa kita dapatkan lewat dzikir kepada Allah. Kenapa dzikir bisa menghantarkan kita pada ketenangan dan kesehatan?
Allah menceritakan dalam beberapa ayat bahwa berdzikir dan membaca Quran itu sama dengan melakukan stimulasi berupa resonansi getaran‑getaran elektromagnetik kepada sistem energi tubuh kita.
Firman Allah di atas mengatakan kepada kita bahwa jika ayat‑ayat Al Quran ini dibaca berulang-ulang akan bisa menyebabkan munculnya gelombang elektromagnetik yang menggetarkan kulit kita, dan menenangkan hati. Asalkan waktu membaca itu kita dalam keadaan yang khusyuk dan penuh ketakwaan.
Kenapa demikian? Karena sesungguhnyalah ayat‑ayat Al Quran itu mengandung energi yang dahsyat bagi mereka yang mengimaninya. Memang kuncinya adalah keimanan alias keyakinan. Dengan keyakinan itu, energi yang tersimpan di dalam Al Quran akan bisa dikeluarkan dan mengimbas ke segala benda yang ada di sekitar kita. Sebaliknya orang yang tidak yakin, tidak akan bisa mengeluarkan energi itu.
QS Ar ra'du (13) : 31
“Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”
Sungguh dahsyat gambaran Allah di dalam ayat tersebut. Energi itu bukan hanya bisa berpengaruh pada diri kita, tetapi gunung, bumi dan manusia yang sudah meninggalkan pun bisa distimulasi oleh energi Al Quran itu. Sungguh ini kekuatan yang luar biasa dahsyatnya.
Tetapi sekali lagi, energi itu hanya bisa dikeluarkan oleh orang orang yang sudah sangat dekat dengan Allah. Seperti yang dilakukan oleh Musa ketika membelah Laut Merah dengan tongkat mukjizatnya : Atau dilakukan oleh Ibrahim ketika mendinginkan api yang membakar dirinya. Atau dilakukan nabi Muhammad saat memancarkan air dari sela sela jari tangannya.
Namun demikian, dalam skala yang jauh lebih kecil kita bisa memohon energi itu untuk kemaslahatan kita. Di antaranya adalah untuk menentramkan hati dan pengobatan misalnya. Allah memberikan jaminan secara universal kepada setiap manusia yang mau berdzikir kepada Allah dan membaca Al Quran berulang-ulang, maka tubuh dan hatinya akan terimbas oleh gelombang elektromagnetik yang bersifat positif.
QS An Nisaa (4) : 174
“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.”
QS Al Hadiid (57) : 9
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-bambaNya ayat-ayat yang terang supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju pada cahaya.”
Dalam ayat-ayat di atas, Allah mengatakan bahwa ayat-ayat Quran itu sebenarnya adalah cahaya. Karena cahaya memiliki frekuensi, maka cahaya ini bisa memberikan resonansi kepada hati kita. Artinya, jika kita membaca ayat Quran berulang-ulang maka frekuensinya akan mengimbas kepada hati kita. Apa Akibatnya? Hati kita akan ikut begetar dengan frekuensi cahaya yang dihasilkan oleh ayat-ayat Quran itu.
Telah kita bahas di depan bahwa hati yang kasar memiliki frekuensi rendah, sedangkan hati yang baik dan lembut memiliki frekuensi yang sangat tinggi. Kita tahu bahwa frekuensi cahaya adalah frekuensi tinggi, yang menghasilkan getaran di sekitar frekuensi 10 pangkat 14 hertz. Getaran ini sangatlah tinggi dan lembut. Frekuensi 10 pangkat 14 Hz adalah frekuensi cahaya tampak. Sedangkan frekuensi di bawah dan di atasnya menghasilkan cahaya-cahaya yang tidak kasat mata, seperti Sinar X, Infra Merah, sinar alfa, Beta, Gama, dan Ultra violet.
Jadi kalau hati kita terimbas oleh cahaya Quran, maka hati kita sedang terimbas oleh frekuensi yang sangat tinggi dan lembut. Karena itu, kenapa orang yang banyak membaca ayat-ayat Quran hatinya akan ikut menjadi lembut, ini karena proses resonansi itu. Dan jika proses resonansi tersebut sering dilakukan, maka hati yang lembut itu akan meresonansi seluruh bioelektron yang ada di seluruh tubuhnya. Kulitnya akan ikut lembut. Dan keluarlah aura dari wajah dan badan orang tersebut. Ini juga bisa menjelaskan, kenapa seorang ahli ibadah biasanya memiliki roman wajah yang menyejukkan.
Selain membaca ayat-ayat Quran, berdzikir dan menyebut Nama Allah juga akan menghasilkan cahaya di hati dan seluruh tubuh kita. Dengan demikian menyebut nama Allah sama saja dengan memancarkan cahaya dari mulut kita, yang kemudian meresonansi hati dan milyaran bioelektron di tubuh kita. Allah berfirman di dalam Al Quran,
QS. An Nuur (24) : 35.
“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, dan kaca itu seakan akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak yang banyak berkahnya, (yaitu) Pohon zaitun yang tumbuh tidak sebelah timur, dan tidak pula di sebelab barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah mengetahui segala sesuatu.”
Ayat di atas menggambarkan bahwa Allah sendiri memancarkan cahaya dari seluruh eksistensiNya. Menyebut nama Allah akan menghasilkan resonansi cahaya. Karena itu perbanyaklah berdzikir menyebut nama Allah, karena bisa melembutkan hati kita sesuai dengan energi yang tersimpan di dalam setiap Namanya.
Dan secara umum, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang menjalankan agama Islam dengan baik, akan memperoleh cahaya dari berbagai aktivitas peribadatannya. Hal ini disampaikan Allah dibawah ini.
QS. Az Zumar (39) : 22
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah hatinya untuk agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan Orang-orang yang membatu hatinya)?
Karena. itu, kita lantas bisa memahami ayat terdahulu yang mengatakan bahwa orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan akan dibangkitkan oleh Allah di akhirat nanti dalam keadaan yang bercahaya. Itu disebabkan oleh peribadatan sepanjang hidupnya yang telah menghasilkan aura positip di sekujur tubuh dan hatinya.