Thursday, March 1, 2007

Allah Lebih Dekat Dengan Urat Leher



Jika Allah Maha Dekat, lantas seberapa dekatkah Allah dengan makhlukNya? Inilah pertanyaan selanjutnya, yang boleh jadi, muncul di benak kita.

Saya khawatir, ada di antara kita yang berpikir bahwa Allah yang Maha Besar itu meliputi makhlukNya, tetapi tidak menyatu. Artinya, kita membayangkan seperti sebuah bola yang amat besar dan berongga, dimana di dalamnya seluruh makhlukNya berada. Jika demikian pemikiran kita, maka berarti Allah itu berjarak dengan kita. Allah berada di luar kita. Meskipun kita berada di dalam Allah.

Pemahaman tersebut kurang tepat. Kalau kita sudah menyimpulkan bahwa Allah meliputi segala makhlukNya, maka tidak ada peluang lain untuk tidak mengatakan bahwa Allah bersatu dengan makhlukNya.

Bayangkan, Allah meliputi atom-atom dan seluruh partikel yang lebih kecil dari itu. Allah juga meliputi molekul-molekul penyusun sel dan tubuh kita. Artinya, di bagian yang terhalus dari tubuh kita pun Allah berada di sana. Bahkan Allah juga berada di jarak antara satu partikel dengan partikel lainnya. Maka sekali lagi, tidak ada peluang untuk mengatakan bahwa Allah tidak hadir dalam setiap 'titik' sekecil apa pun, di tubuh kita maupun alam semesta ini.

Karena itu, sangatlah bisa kita pahami ketika Allah mengatakan bahwa Dia sangat dekat dengan makhlukNya. Bahkan terhadap manusia, Allah mengatakan bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, seperti difirmankan berikut ini.

QS. Qaaf (50) : 16
“Dan sungguh Kami, telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh batinnya. Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lebernya.”

Bisakah Anda bayangkan, bahwa urat leher itu berada di dalam tubuh kita menyatu dengan kita. Tetapi Allah mengatakan bahwa Dia lebih dekat dari pada itu. Kesimpulannya hanya satu, yaitu bahwa Allah menyatu dengan kita atau sebaliknya, kita ini menyatu dengan Allah.

Jika diperluas pemahaman tersebut, kita bisa mengatakan bahwa Allah berada di hati kita. Allah juga berada di tarikan dan hembusan nafas kita. Allah berada di aliran darah dan denyut jantung kita. Allah juga berada di seluruh kelenjar hormon kita. Allah berada di benak pikiran, otak dan seluruh saraf tubuh kita. Allah berada di milyaran proses biokimiawi yang menopang kehidupan kita. Allah lah yang berperanan menghidupkan seluruh aktivitas kita, yang kita sadari maupun tidak. Yang bisa kita kendalikan maupun tidak. Allah adalah Penguasa kehidupan kita, sepenuhnya...

Pemahaman seperti di atas, akan membawa konsekuensi yang sangat radikal dalam ketauhidan kita. Kita lantas memperoleh kesimpulan bahwa ternyata Allah tidak berjarak sama sekali dengan makhlukNya. Karena itu, kita sangat bisa memahami kenapa Allah mengatakan, bahwa Dia tahu persis apa yang dibisikkan oleh hati dan pikiran kita. Karena, Allah memang berada di hati dan pikiran itu sendiri.

Kita juga, lantas, bisa mengerti kenapa Allah mengatakan bahwa berdoa itu tidak perlu dengan suara yang keras, karena Allah memang menyatu dalam setiap tarikan nafas dan getaran suara kita. Cukuplah berdoa dengan cara berbisik-bisik kepada Allah ...

Kita, lantas, juga akan berpikiran kenapa harus menengadah ke langit ketika berdoa. Sementara kita tahu bahwa Allah begitu dekatnya, bersama kita di sini. Juga, menjadi aneh ketika kita membayangkan dalam shalat kita, bahwa Allah berada di depan kita.

Sungguh, dalam waktu bersamaan, Allah sedang berada di depan, di belakang, kanan, kiri, atas, bawah, dan di dalam diri kita. Atau yang lebih tepat lagi : kita sebenarnya sedang berada di dalamNya dan bersatu dengan Allah ... !!!

No comments: