Thursday, March 8, 2007

Terangkum Dalam Kitab Yang Nyata

Yang 'nampak' termaktub di dalam 'Kitab Yang Nyata' Yang 'ghaib' juga terkandung di dalam Kitab Yang Nyata. Segala kontradiksi itu terdapat di dalam sebuah kitab yang dinamakan LAUH MAHFUZH.

Inilah sebuah KITAB INDUK yang merangkum segala kejadian dalam dinamika alam semesta, sejak miliaran tahun yang lalu, sampai berakhirnya alam semesta.

Struktur kitab ini sempat kita bahas pada diskusi tentang jiwa dan Ruh. Ia bagaikan komputer raksasa 'The Super Giant Main Frame' yang memuat data-data dalam skala tak berhingga. Seluruh angka yang dikenal manusia tidak mampu menggambarkan besarnya kapasitas 'memori dan Hardisk' nya.

QS. Al A'aam (6) : 59
Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Dengan kata lain, Kitab yang Nyata itu adalah kitab yang memuat Ilmu Allah yang terhampar di alam semesta. Kitab yang memuat segala kenyataan dan peristiwa. Padahal, kita tahu bahwa ilmu Allah itu tidak habis dituliskan dengan menggunakan 7 samudera tinta sekalipun.

QS. Luqman (31): 27
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Jadi, betapa besarnya 'Kitab' yang bisa memuat ilmu-ilmu Allah itu. Ia adalah kitab induk yang bisa memuat seluruh kejadian dalam skala miliaran tahun. Dulu, sekarang maupun nanti. Sangat banyak ayat yang menggambarkan 'kedahsyatan' Kitab tersebut. Di antaranya, beberapa di bawah ini.

QS. Al Hajj (22) : 70
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.

QS. An Naml (27) : 75
Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Bahkan ilmu-ilmu Allah yang terkandung di dalam Al Qur’an pun merupakan sebagian saja dari kandungan Lauh Mahfuzh. Sebagiannya terdapat pada kitab-kitab suci terdahulu seperti Zabur, Taurat dan Injil. Sebagiannya lagi terdapat dalam ayat-ayat kauniyah yang terhampar di alam semesta.

Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengatakan bahwa segala yang tampak dan tidak tampak, segala yang gaib dan tidak gaib, yang besar yang kecil, yang dulu dan yang nanti, semuanya terkandung di dalam sebuah 'Kitab Nyata'. di sisi Allah.

Maka, kalau kita bisa 'meleburkan diri' ke dalam Keberadaan Allah, kita bakal mengetahui banyak rahasia yang terhampar di langit dan bumi.

QS. Zukhruf (43) : 4
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu dalam Induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.

QS. Al Baqarah (2) : 269
Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang mendalam) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah),

QS. An Nisaa' (4) :54
ataukah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

Dua point yang mendasar terkandung dalam ayat-ayat di atas. Yang pertama, Lauh Mahfuzh adalah kitab yang mengandung banyak hikmah, yang sebagiannya diturunkan lewat Al Qur’an dan kitab-kitabNya terdahulu. Yang kedua, hikmah itu diberikan kepada orang-orang berakal yang berserah diri hanya kepada Allah. Di antaranya adalah nabi Ibrahim.

Kita melihat korelasi dan benang merahnya, bahwa orang-orang seperti nabi Ibrahim dan nabi Muhammad adalah orang-orang yang sudah mencapai derajat muslimuun berserah diri hanya kepada Allah saja.

Ego mereka sudah demikian rendahnya di hadapan Allah. Sudah melebur ke dalam Sifat-SifatNya. Sehingga terbukalah segala rahasia. Hal-hal yang bagi orang lain ghaib, bagi beliau-beliau bisa menjadi 'tidak terlalu' ghaib.

QS. Ali Imran (3) : 179
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.

QS. At Takwir (81) : 24
Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang pelit untuk menerangkan yang ghaib

Ya, Allah telah memilih di antara rasul-rasulNya untuk mengetahui hal-hal yang ghaib. Mereka yang terpilih adalah rasul-rasul yang memiliki tingkat berserah diri paling tinggi. Penuh keikhlasan dalam 'menghilangkan' egonya. Dan hanya mengakui EGO Tertinggi di alam semesta ini, Allah Subhanahu wa ta'ala.

Maka, tidak heran, nabi Ibrahim dan nabi Muhammad adalah rasul-rasul yang digambarkan bisa mencapai langit tertinggi di tingkat yang ke tujuh. Bahkan pada saat Isra' Mi'raj, rasulullah saw telah bersimpuh di puncak langit di Sidratul Muntaha menyaksikan rahasia tertinggi alam semesta

QS, An najm (53) : 18
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.