Setelah melakukan pencarian terhadap eksistensi Allah, marilah kita mulai mengenal Dzat yang Maha Agung dan Maha Suci itu. Tapi, bisakah kita mengenalNya? Dan, Bagaimana pula cara mengenalNya? Bukankah Dia Dzat yang tidak tergambarkan oleh akal manusia?
Sejarah manusia telah menunjukkan bahwa manusia memiliki naluri untuk berusaha mencari dan mengenal Dzat Ketuhanan. Namun kenyataan selalu menunjukkan, upaya itu seringkali tersesat. Bukan ketemu Tuhan Allah, melainkan ketemu dengan Tuhan-Tuhanan.
Kenapa bisa demikian? Sebab, Dzat Tuhan yang Sesungguhnya itu memang jauh di luar perkiraan akal kita. Meskipun, bukan berarti tidak bisa 'didekati' dengan akal manusia.
Karena kenyataan itulah, Allah lantas memperkenalkan DiriNya kepada manusia. Ya, Dia sengaja memperkenalkan Diri, agar manusia mengenalNya. Bukan kenal lewat 'sekadar dugaan-dugaan' saja. Karena dugaan alias persangkaan memang tidak bakal mengantarkan kita kepada kebenaran yang hakiki. Hal ini berulangkali Dia firmankan dalam Al Qur’an al Karim.
QS. Yunus (10) : 66
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.
QS. Fushshilat (41) : 23
Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
QS. Hujuraat (49) : 12
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Jadi, kunci pengenalan Dzat Allah itu harus berdasar pada informasi yang akurat dan bisa dipercaya. Bukan sekadar dugaan. Lantas, dimanakah informasi akurat itu berada? Tentu saja ada di dalam firman-firmanNya.
Apakah kita tidak bisa menemukan Tuhan Allah lewat pendekatan akal dan sains? Sebenarnya bisa, tapi butuh waktu sangat panjang. Dan tidak semua orang bisa memahamiNya dengan baik. Seringkali, usia manusia bahkan sepanjang peradabannya tidak cukup untuk menemukan Allah. Yang ketemu adalah Tuhan-Tuhanan dzat yang spesifikasinya jauh lebih rendah dari Tuhan Yang Sesungguhnya.
Maka, kita harus membalik model pencarian itu. Bukan dari sains ke Al Qur’an, melainkan dari Al Qur’an ke Sains. Pendekatan Sains tetap diperlukan untuk menguraikan simpul-simpul informasi yang ada di dalam Al Qur’an. Tanpa Sains kita hanya akan memperoleh pokok-pokok informasi tanpa memperoleh kedalaman maknanya. Sekadar pendekatan bahasa, sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan penafsir. Pendekatan Sains akan lebih memperkaya makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Tapi, tentu saja pemahaman bahasa merupakan kunci utama dalam memahami informasi. Dalam era modern ini metode pemahaman bahasa telah berkembang demikian pesatnya. Sehingga sangat memudahkan kita dalam memahami Al Qur’an.
Dan saya kira, ini memang fasilitas yang diberikan Allah kepada umat manusia di muka Bumi, yang tidak semuanya berbahasa Arab. Allah menjamin, bahwa Al Qur’an ini didesain secara khusus dan mudah untuk seluruh umat manusia. Bukan hanya untuk orang Arab. Hal itu berulang kali ditegaskan Allah dalam QS. Al Qamar : 17, 22, 32, 40.
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
Saya selalu menggunakan metode itu untuk memahami dan mengenal Allah. Mengambil informasi dari ayat-ayat Qur'an dan menafsirinya lewat pendekatan Sains dan logika modern.
Apakah memang Allah memberikan banyak informasi tentang diriNya di dalam Al Qur’an? Ya, begitulah. Kata-kata yang paling banyak diulang di dalam Al Qur’an adalah kata ‘Allah’. Tidak kurang dari 3.326 kali. Itu artinya, Dia memang sedang memperkenalkan Diri kepada kita, seluas-luasnya.
Sehingga, kalau kita mau mencermati dan memahami ayat-ayat itu, sebenarnya kita sedang dibimbing olehNya untuk kenal dengan Dzat yang Maha Agung itu. Tapi, sekali lagi, harus diuraikan dengan menggunakan akal dan sains. Sebab bukti-bukti keberadaanNya bukan hanya berada di dalam Al Qur’an melainkan lebih banyak berada di alam sekitar kita.
Al Qur’an bersifat menggiring perhatian kita dengan informasi-informasi pokok, sedangkan penjabarannya ada dalam realitas kehidupan kita. Karena itu, jika kita ingin kenal Allah kita harus banyak-banyak merefleksikan ayat-ayat Qur'an itu dalam kehidupan. Jika tidak, maka yang kita dapatkan hanyalah teorinya saja. Bukan makna yang sesungguhnya.
QS. Yusuf (12) : 105
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya.
Coba perhatikan, ayat di atas dengan sangat jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa tanda-tanda kebesaran Allah itu sebenarnya tersebar di langit dan di Bumi dalam keseharian kita. Sayangnya, kebanyakan kita melewatinya begitu saja. Sehingga, kita tidak menggenal Allah sebagai Tuhan yang sesungguhnya.
Seringkali, kita mengenal Allah hanya sebatas teori. Bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Besar. Tapi, sebenarnya kita tidak merasakan apa-apa tentang Kebesaran Allah itu. Kita juga tahu secara teori, bahwa Allah Maha Mengasihi dan Menyayangi. Namun toh, kita tidak bisa merasakan seberapa besar Kasih Sayang Allah kepada kita.
Sehingga jangan heran kalau Allah mengatakan bahwa kita ini sebenarnya tidak begitu mengenal Allah, bahwa Allah adalah Dzat yang benar-benar Maha Kuat dan Maha Perkasa. Pengenalan kita terhadap Allah hanya di kulit saja. Cuma teori belaka. Tanpa merasakan prakteknya. Atau, kalaupun merasakan, sangatlah sedikit.
QS. Al Hajj (22) : 74
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benamya. Sesungguh-nya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
QS. Az Zumar (39) : 67
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Ayat yang terakhir itu memberikan gambaran betapa kita tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Persepsi kita perlu dibenahi dan dibangun kembali dengan wawasan yang lebih baik. Di antaranya, kita diperintahkan untuk membandingkan dengan sains dan penemuan-penemuan mutakhir tentang realitas di sekitar kita.
Untuk memperoleh perbandingan yang ekstrim, Allah seringkali menyebut-nyebut langit dan Bumi sebagai bukti-bukti kebesaranNya. Kenapa? Karena dengan memahami langit dan bumi kita menjadi tahu betapa besarnya alam semesta ini. Apalagi Yang Menciptakannya!!
Sejarah manusia telah menunjukkan bahwa manusia memiliki naluri untuk berusaha mencari dan mengenal Dzat Ketuhanan. Namun kenyataan selalu menunjukkan, upaya itu seringkali tersesat. Bukan ketemu Tuhan Allah, melainkan ketemu dengan Tuhan-Tuhanan.
Kenapa bisa demikian? Sebab, Dzat Tuhan yang Sesungguhnya itu memang jauh di luar perkiraan akal kita. Meskipun, bukan berarti tidak bisa 'didekati' dengan akal manusia.
Karena kenyataan itulah, Allah lantas memperkenalkan DiriNya kepada manusia. Ya, Dia sengaja memperkenalkan Diri, agar manusia mengenalNya. Bukan kenal lewat 'sekadar dugaan-dugaan' saja. Karena dugaan alias persangkaan memang tidak bakal mengantarkan kita kepada kebenaran yang hakiki. Hal ini berulangkali Dia firmankan dalam Al Qur’an al Karim.
QS. Yunus (10) : 66
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.
QS. Fushshilat (41) : 23
Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
QS. Hujuraat (49) : 12
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Jadi, kunci pengenalan Dzat Allah itu harus berdasar pada informasi yang akurat dan bisa dipercaya. Bukan sekadar dugaan. Lantas, dimanakah informasi akurat itu berada? Tentu saja ada di dalam firman-firmanNya.
Apakah kita tidak bisa menemukan Tuhan Allah lewat pendekatan akal dan sains? Sebenarnya bisa, tapi butuh waktu sangat panjang. Dan tidak semua orang bisa memahamiNya dengan baik. Seringkali, usia manusia bahkan sepanjang peradabannya tidak cukup untuk menemukan Allah. Yang ketemu adalah Tuhan-Tuhanan dzat yang spesifikasinya jauh lebih rendah dari Tuhan Yang Sesungguhnya.
Maka, kita harus membalik model pencarian itu. Bukan dari sains ke Al Qur’an, melainkan dari Al Qur’an ke Sains. Pendekatan Sains tetap diperlukan untuk menguraikan simpul-simpul informasi yang ada di dalam Al Qur’an. Tanpa Sains kita hanya akan memperoleh pokok-pokok informasi tanpa memperoleh kedalaman maknanya. Sekadar pendekatan bahasa, sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan penafsir. Pendekatan Sains akan lebih memperkaya makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Tapi, tentu saja pemahaman bahasa merupakan kunci utama dalam memahami informasi. Dalam era modern ini metode pemahaman bahasa telah berkembang demikian pesatnya. Sehingga sangat memudahkan kita dalam memahami Al Qur’an.
Dan saya kira, ini memang fasilitas yang diberikan Allah kepada umat manusia di muka Bumi, yang tidak semuanya berbahasa Arab. Allah menjamin, bahwa Al Qur’an ini didesain secara khusus dan mudah untuk seluruh umat manusia. Bukan hanya untuk orang Arab. Hal itu berulang kali ditegaskan Allah dalam QS. Al Qamar : 17, 22, 32, 40.
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
Saya selalu menggunakan metode itu untuk memahami dan mengenal Allah. Mengambil informasi dari ayat-ayat Qur'an dan menafsirinya lewat pendekatan Sains dan logika modern.
Apakah memang Allah memberikan banyak informasi tentang diriNya di dalam Al Qur’an? Ya, begitulah. Kata-kata yang paling banyak diulang di dalam Al Qur’an adalah kata ‘Allah’. Tidak kurang dari 3.326 kali. Itu artinya, Dia memang sedang memperkenalkan Diri kepada kita, seluas-luasnya.
Sehingga, kalau kita mau mencermati dan memahami ayat-ayat itu, sebenarnya kita sedang dibimbing olehNya untuk kenal dengan Dzat yang Maha Agung itu. Tapi, sekali lagi, harus diuraikan dengan menggunakan akal dan sains. Sebab bukti-bukti keberadaanNya bukan hanya berada di dalam Al Qur’an melainkan lebih banyak berada di alam sekitar kita.
Al Qur’an bersifat menggiring perhatian kita dengan informasi-informasi pokok, sedangkan penjabarannya ada dalam realitas kehidupan kita. Karena itu, jika kita ingin kenal Allah kita harus banyak-banyak merefleksikan ayat-ayat Qur'an itu dalam kehidupan. Jika tidak, maka yang kita dapatkan hanyalah teorinya saja. Bukan makna yang sesungguhnya.
QS. Yusuf (12) : 105
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya.
Coba perhatikan, ayat di atas dengan sangat jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa tanda-tanda kebesaran Allah itu sebenarnya tersebar di langit dan di Bumi dalam keseharian kita. Sayangnya, kebanyakan kita melewatinya begitu saja. Sehingga, kita tidak menggenal Allah sebagai Tuhan yang sesungguhnya.
Seringkali, kita mengenal Allah hanya sebatas teori. Bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Besar. Tapi, sebenarnya kita tidak merasakan apa-apa tentang Kebesaran Allah itu. Kita juga tahu secara teori, bahwa Allah Maha Mengasihi dan Menyayangi. Namun toh, kita tidak bisa merasakan seberapa besar Kasih Sayang Allah kepada kita.
Sehingga jangan heran kalau Allah mengatakan bahwa kita ini sebenarnya tidak begitu mengenal Allah, bahwa Allah adalah Dzat yang benar-benar Maha Kuat dan Maha Perkasa. Pengenalan kita terhadap Allah hanya di kulit saja. Cuma teori belaka. Tanpa merasakan prakteknya. Atau, kalaupun merasakan, sangatlah sedikit.
QS. Al Hajj (22) : 74
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benamya. Sesungguh-nya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
QS. Az Zumar (39) : 67
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Ayat yang terakhir itu memberikan gambaran betapa kita tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Persepsi kita perlu dibenahi dan dibangun kembali dengan wawasan yang lebih baik. Di antaranya, kita diperintahkan untuk membandingkan dengan sains dan penemuan-penemuan mutakhir tentang realitas di sekitar kita.
Untuk memperoleh perbandingan yang ekstrim, Allah seringkali menyebut-nyebut langit dan Bumi sebagai bukti-bukti kebesaranNya. Kenapa? Karena dengan memahami langit dan bumi kita menjadi tahu betapa besarnya alam semesta ini. Apalagi Yang Menciptakannya!!
Begitulah. Dengan berusaha memahami ayat-ayat Qur'an dan menyesuaikan pemahamannya dengan realitas di sekitar, maka diharapkan kita akan mengenal Allah dengan lebih baik. Mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya! Semua itu bisa terjadi, karena DIA memang memperkenalkan DiriNya kepada kita...