Thursday, March 8, 2007

Antara Pelita dan Cahaya



Perumpamaan paling menarik yang menggambarkan hubungan keber-ADA-an makhluk dengan Allah, adalah yang tercantum di dalam ayat ini.

QS. An Nuur (24) : 35.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Setidak-tidaknya, ada tiga hal yang menyebabkan perumpamaan tersebut menarik untuk dicermati. Yang pertama, Perumpamaan tentang Allah itu disampaikan oleh Allah sendiri. Yang kedua, Allah menggunakan idiom Pelita dan cahaya dalam perumpamaan tersebut. Yang ketiga, Allah membimbing siapa saja yang dikehendakiNya menuju kepada cahayaNya.

Sungguh menarik bahwa Allah banyak membuat perumpamaan di dalam Al Qur’an untuk menjelaskan ayat-ayat yang mengandung makna mutasyaabihaat Tak kurang dari 47 kali Allah membuat perumpamaan di dalam Al Qur’an. Semua itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran yang mendalam dan sarat dengan hikmah kepada manusia yang mau berpikir, dengan cara ringkas. Sebab Al Qur’an memang hanya memberikan pokok-pokoknya saja.

QS. Az Zumar (39) : 27
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

QS. Al Baqarah (2) : 26
sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberiNya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Bahkan untuk menjelaskan surga dan neraka, Allah juga menggunakan perumpamaan. Sebab surga dan neraka adalah suatu tempat yang sulit diceritakan keadaannya. Allah membuat perumpamaan Surga sebagai kebun yang indah, berisi mata air mata air, penuh buah-buahan dan sebagainya. Sedangkan neraka, sebagai tempat sangat panas yang mengerikan, penuh derita.

QS. Ar Ra'd (13) : 35
Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.

Dan masih banyak lagi perumpamaan yang dibuat Allah untuk memberikan pelajaran kepada kita secara ringkas. Termasuk untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan makhlukNya pun Allah menceritakan lewat sebuah perumpamaan. Semua itu ditujukan bagi orang orang yang mau mengambil pelajaran dengan menggunakan akal pikirannya secara jemih...

QS. Ar Ruum (30) : 28
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.

Untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan seluruh makhluk ciptaanNya, Allah membuat perumpamaan Pelita dan cahaya.

... perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, (dan) kaca itu seakan akan bintang seperti mutiara... "

Sungguh perumpamaan yang sangat sempurna untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan makhluk Nya. Allah bagaikan sebuah 'Pelita Raksasa' di balik sebuah kaca rahasia. Sedangkan makhluk adalah cahaya yang terpancar ke segala penjuru alam semesta.

Cahaya Pelita itu digambarkan membuat kaca tersebut berpendar dengan sendirinya, meskipun tidak disentuh api. Bagaikan mutiara berkilauan yang memancarkan cahaya berwarna-warni.

Pelita tidak tampak dari luar, karena tersimpan di dalam 'kaca rahasia'. Jati Diri sang Pelita, tak akan pernah terbuka. Kecuali hanya lewat 'tanda-tanda' yang terpancar dari bermiliar-miliar cahayaNya.

Karena pendaran cahaya itulah, kita jadi tahu ada Pelita di balik kaca. Tapi, cahaya bukanlah Pelita. Cahaya, sekadar pancaran. Cahaya hanyalah 'jejak' bahwa di situ ada Pelita sebagai sumber cahaya.

Tanpa Pelita, cahaya tak pernah ada. Pelita, begitu nyata keberadaannya, sedangkan cahaya, tak pernah benar-benar ada. Cahaya adalah 'bayangan maya' dari Sang Pelita. Terpancar dari FitrahNya. Tapi, ia bukan Fitrah itu sendiri. Ia hanya sebagian kecil dari Fitrah Sang Pelita.

Bisakah Anda memisahkan cahaya dari Sang Pelita? Tentu saja tidak, karena cahaya tak pernah terlepas dari Pelita. Dimana pun ada Pelita, di situ pula ada cahaya.

Cahaya berdampingan dengan sesama cahaya. Bermiliar-miliar cahaya, tak ada batasnya. Cahaya dan cahaya, melebur menjadi cahaya yang berbeda. Tapi, ia tetap saja cahaya. Tak pernah menjadi Pelita.

Bertingkat-tingkat, segala cahaya menuju cahaya yang paling mulia. Cahaya Inti Sang Pelita. Cahaya Putih terburai menjadi cahaya pelangi yang berwarna-warni. Terpancar ke segala penjuru alam semesta.

Namun, seluruhnya bakal berakhir dalam penyatuan kembali warna-warni cahaya. Menjadi cahaya putih. Cahaya paling mulia yang terpancar dari Sang Pelita di balik kaca.

Sahabat-sahabatku, perumpamaan cahaya dan pelita ini sungguh sangat mempesona. Sebab, kalau kita teliti jumlah cahaya yang terburai dari cahaya putih itu berjumlah tak terbatas. Dan, yang bisa dibedakan oleh mata manusia hanyalah sekitar 7 saja: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

Padahal, sebenarnya cahaya-cahaya itu bergeser secara kontinum. Ada jutaan cahaya antara merah dan jingga. Demikian pula, antara jingga dan kuning. Antara kuning dan hijau, antara hijau dan biru, dan nila, dan ungu.

Pergeseran itu bergantung pada tingkat frekuensinya. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi energinya. Dan, yang paling tinggi adalah warna putih, yaitu ketika seluruh warna cahaya itu melebur menjadi satu. Cahaya ilahiah.

Dengan kata lain Allah ingin menjelaskan, bahwa makhluk ciptaanNya memiliki jenis dan strata bermacam-macam, bergantung frekuensinya. Bergantung kualitasnya. Bergantung energinya.

Allah membimbing hambaNya siapa pun dia kepada Cahaya yang memiliki energi paling tinggi, yaitu cahaya Putih. Caranya cuma satu: meleburkan seluruh warna cahaya yang ada, menjadi satu warna saja. Inilah cahaya utama yang paling universal.

Cahaya merah adalah cahaya yang paling rendah energinya. Dalam pembahasan tentang karakter aura, ia melambangkan ego yang sangat tinggi: pemarah, pendendam, sulit memaafkan, iri, dengki, sombong, serakah, dan cinta dunia berlebihan.

Yang energinya lebih tinggi adalah warna cahaya jingga kuning. Aura jingga kuning menggambarkan ego yang sudah mulai menurun ke arah karakter sosial. Ia orang yang pintar bergaul. Meskipun egonya masih dominan.

Lebih tinggi lagi, adalah warna hijau. Inilah cahaya kedermawanan. Seseorang yang memancarkan aura hijau menunjukkan karakter kepedulian pada orang lain. Memiliki rasa empati yang tinggi. Berjiwa sosial. Ego pribadinya semakin rendah, menuju kepada sifat-sifat universal.

Lebih tinggi lagi adalah warna biru. Warna cahaya yang mengambarkan sifat-sifat keilmuan, kejujuran, keadilan, dan kontemplasi. Orang yang telah mencapai aura biru biasanya suka melakukan pencarian makna-makna kehidupan sejati.

Warna nila dan ungu, memiliki energi lebih tinggi lagi, yang menggambarkan ego semakin rendah. Orang-orang dengan aura ungu adalah orang yang mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan. Ego pribadinya rendah, didominasi oleh ego sosialnya.

Dan yang paling tinggi dari semua itu adalah warna putih. Inilah aura universal dengan energi tertinggi. Warna putih hanya bisa terjadi jika seluruh warna-warna cahaya 'melebur' menjadi satu. Seluruh karakter cahaya bakal hilang musnah, berganti dengan cahaya putih, yang sama sekali berbeda.

Maka, ketika Allah mengatakan: Cahaya di atas cahaya (berlapis lapis), Allah membimbing kepada cahaya Nya siapa yang Dia kehendaki, sebenarnya Dia sedang menunjukkan sebuah proses penyatuan kembali seluruh sifat sifat kemanusiaan menuju kepada Sifat-Sifat ketuhanan Nya.

Ini senada dengan yang diajarkan Rasulullah saw, bahwa 'belum Islam seseorang sampai dia bisa menundukkan hawa nafsunya' Menundukkan seluruh sifat keduniawian yang tidak terkendali.

Jadi, ketika seseorang telah bisa melebur hawa nafsunya, sebenarnya dia telah 'berserah diri' kepada Allah. Seluruh sifat-sifat egoistik dan sosialisnya berubah menjadi sifat-sifat spiritualitas. Sifat-Sifat Ketuhanan yang universal. Seluruh auranya telah melebur menjadi satu: Cahaya Putih.

Maka, dalam waktu yang bersamaan, sebenarnya dia telah meleburkan diri bersama-sama dengan makhluk Allah di seluruh penjuru langit dan bumi, dalam sebuah ALUNAN TASBIH tiada henti. Berjuta-juta malaikat, dan miliaran makhluk bumi, serta bertriliun-triliun benda langit di jagad semesta raya sedang BERTASBIH DALAM SEBUAH ORKESTRA YANG SANGAT MENGGETARKAN JIWA...


Laa ilaaha illaallaah
Tidak ada 'tuhan' selain ALLAH

Laa ilaaha illa huwa
Tidak ada 'tuhan' selain DIA.

Laa ilaaha illa anta
tidak ada ‘tuhan’ selain ENGKAU

Laa ilaaha ilia ana
Tidak ada 'tuhan' selain AKU

Tidak ada apa-apa
di seluruh penjuru jagad raya
kecuali cuma DIA


Al Hasyr (59) 22 - 24
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

wallaahu a’lam bishshawab