Hidup bagaikan mimpi, kata kawan saya. Baru kemarin rasanya masa kecil berlalu, lantas tumbuh menjadi dewasa. Kini sudah tua, dan sebentar lagi meninggalkan dunia yang fana. Tak tahu kemana.
Setiap hari kita merasakan hal-hal yang kurang lebih sama. Pagi tadi kita terbangun dari tidur semalaman, kini kita beraktivitas penuh kesadaran, nanti malam kita lelap kembali dalam tidur yang entah bakal terbangun kembali ataukah lenyap selamanya.
Begitu pula kecamuk pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Baru saja kita merasakan senang dan bahagia, tak lama kemudian kita alami duka dan derita. Sebelumnya kita memperoleh rasa tentram dan damai tapi tak lama kemudian dihinggapi rasa cemas berkepanjangan.
Hidup kadang terasa aneh, bagaikan mimpi saja layaknya. Sehingga, tak jarang kita berpikir: ini kenyataan ataukah semu belaka ? Hidup dan mimpi memang mirip. Mimpi adalah 'aktivitas otak' di dalam 'TIDUR' Sedangkan hidup adalah 'aktivitas otak' di dalam KEMATIAN' Mimpi adalah KEMBANG TIDUR, sedangkan hidup adalah KEMBANG KEMATIAN. Mungkin Anda tidak sependapat dengan ungkapan ini, tapi cobalah cermati kemiripan keduanya.
Apakah sebenarnya mimpi? Manakah yang lebih substansial antara mimpi dan tidur? Tentu kita sependapat bahwa yang lebih substansial di antara keduanya adalah 'tidur'. Dikarenakan tidur, maka seseorang bisa bermimpi. Dengan kata lain, mimpi hanya bisa terjadi di dalam tidur.
Bagaimana mimpi bisa terjadi? Sampai sekarang, para pakar masih belum menemukan jawaban yang memuaskan. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah terulangnya memori di dalam otak. Artinya, sekadar melintasnya ingatan saja. Tidak memberikan makna.
Tapi, ada yang berpendapat bahwa mimpi adalah 'aktivitas jiwa' alias pengalaman jiwa di dunianya sana. Sehingga, itu sebenarnya adalah kejadian sesungguhnya. Cuma, di dunia yang berbeda.
Ada pula yang mengatakan, bahwa mimpi sekadar perlambang dari 'dunia lain' yang terkait dengan kehidupan di dunia nyata. Semuanya masih serba belum memuaskan, dan terus mengalami perkembangan penelitiannya.
Namun yang jelas, kita bisa merasakan bahwa sebuah mimpi terasa 'benar-benar terjadi' di dalam tidur kita. Sehingga jika kita sedang mimpi buruk, nafas kita bisa terengah-engah karenanya. Atau berkeringat dingin. Atau ada yang sampai ngompol segala. Artinya, aktivitas mimpi itu memiliki pengaruh yang riil dalam diri kita.
Aktivitas kelistrikan otak yang terjadi, dan koordinasi organ-organ terkait, sama persis dengan ketika kita sedang mengalami kejadian sesungguhnya di luar mimpi.
Jadi, dari sudut pandang kerja otak, mimpi tidak ada bedanya dengan pengalaman riil dalam kehidupan kita sehari-hari. Tapi, ia muncul dalam kondisi otak sedang tidur. Karena itu muncul istilah 'Mimpi' adalah 'Kembang Tidur' Sebuah 'kehidupan' yang muncul di dalam 'kematian'!
Ini mirip dengan yang terjadi dalam pengalaman kehidupan kita. Kalau skala pembahasan kita diperluas, maka kehidupan ini bagaikan sebuah mimpi, sedangkan 'tidurnya' adalah 'kematian' kita.
Kematian bukan hanya berarti lepasnya jiwa sesudah habis usia kita. Sebenarnya, sebelum kita lahir kita juga berada di dalam alam kematian.'Alam kematian' adalah alam dimana jiwa, ruh dan badan kita belum bersatu. Dan, alam dimana jiwa, ruh dan badan kita sudah terpisah.
QS. Al Baqarah (2) : 28
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan?
Dengan sangat gamblang Allah menginformasikan kepada kita bahwa dulu kita berada di dalam alam kematian, selama miliaran tahun bersama terciptanya alam semesta. Kemudian, Allah menghidupkan kita untuk beberapa puluh tahun. Lantas, dimatikanNya kembali. Dan nanti, pada periode Akhirat, kita bakal dihidupkanNya kembali.
Jadi, 'alam kematian' adalah alam yang terjadi 'sebelum dan sesudah' kehidupan. Atau dengan kata lain, 'alam kehidupan' ini berada di dalam 'alam kematian'. Ya, kehidupan kita ini sebenarnya 'terendam' di tengah-tengah berlangsungnya kematian kita. Sebelum lahir kita 'mati', sesudah lahir ‘usia habis’ kita juga mati.
Ini, sungguh sangat mirip dengan mimpi. Sebelum bermimpi kita tertidur. Kemudian muncul mimpi. Sesudah selesai mimpi kita juga tertidur. Jadi, 'TIDUR' identik dengan 'MATI'. Sedangkan 'MIMPI' identik dengan 'HIDUP'. Sehingga, seperti telah kita bahas tentang Jiwa, Allah mengidentikkan tidur dengan kematian. Di antaranya ayat ini.
QS. Az Zumar (39) : 42
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir
Selain itu, Rasulullah saw pun mengajari kita do'a menjelang tidur dan ketika bangun, mengidentikkan tidur dengan kematian.
Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut, astaghfirullahalladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum
(Dengan namaMu ya Allah kami hidup dan dengan namaMu pula kami mati, ampunilah kami ya Allah, Tiada Tuhan Selaln Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus MakhlukNya)
Alhamdulillahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatana wa ilaihi nusyuur.
(Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah kematian kami, dan kepadaNyalah tempat kembali)
Tidur dan mati, kata Allah, adalah kondisi pasif dimana jiwa sama-sama tidak aktif dalam kesadaran. Jiwanya ditahan oleh Allah. Dan dikembalikan lagi ketika orang tersebut bangun dari tidurnya. Atau, ketika orang mati dibangkitkan kembali.
Sudut pandang ini sangat menarik, karena memberikan gambaran kehidupan manusia dalam skala waktu yang sangat panjang. Skala waktu alam semesta, yang berjangka miliaran tahun.
Kehidupan manusia bagaikan 'sepercik air' di 'samudera kematian'nya. Betapa tidak. Alam semesta ini sudah berusia sekitar 12 miliar tahun, sedangkan usia kita hanya puluhan tahun saja.
Selama miliaran tahun itu kita berada di 'alam kematian'. dan kemudian diberi 'sepercik kehidupan' oleh Allah dalam waktu demikian singkat. Untuk kemudian mati kembali. Persis seperti munculnya ‘sepercik mimpi’ dalam tidur lelap kita yang panjang.
Kita jadi bertanya-tanya dalam hati, kalau begitu eksistensi kita ini lebih banyak berada di alam kematian? Sedangkan 'Hidup'. hanyalah sekilas mimpi? la bukan substansi?
Ya, yang lebih substansial ternyata adalah ‘Mati’. Hidup hanyalah 'Kembang Kematian'. Sebagaimana Mimpi sekadar ‘Kembang Tidur’. la bukan kenyataan. ‘Kenyataannya’ adalah kita sedang tertidur, dan di dalam tidur itulah kita bermimpi...
Maka, Allah memberikan perumpamaan tentang kehidupan ini seperti 'main-main dan sendau gurau' belaka. Kehidupan yang sesungguhnya adalah di Akhirat, setelah menyeberangi ‘kematian’ kita.
QS. M Ankabuut (29) : 64
Dan tiadalah kehidupm dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Kalimat lahwun wa la’ibun 'sendau gurau dan main-main' menunjukkan kepada kita betapa kehidupan dunia ini sebenarnya adalah kehidupan yang 'remeh-temeh". dalam skala waktu alam semesta Dunia Akhirat. la cuma setetes air dari samudera kehidupan yang sesungguhnya. Ini Cuma sekadar 'mimpi' saja. Tapi ingat, mimpi itu tetap memiliki dampak riil bagi diri kita setelah 'bangun'. Jika mimpi Anda buruk, Anda akan terbangun dengan badan sakit semua. Jika Anda bermimpi indah, Anda akan bangun dengan rasa bahagia.
Di ayat lain lagi, Allah mengibaratkan 'hidup' dengan turunnya air hujan yang menyirami tumbuh-tumbuhan sehingga subur menyenangkan. Tapi semua itu tidak lama. Karena tumbuhan itu bakal mengering, dan lenyap tertiup angin.
QS. Al Kahfi (18) : 45
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah bagaikan air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan dimuka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. Al Hajj (22) : 6
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan setelah yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu,
Lantas, Allah menegaskan di ayat berikutnya, bahwa hanya Allah yang haq, yang kekal abadi. Selebihnya hanyalah semu. Tak pernah kekal. Silih berganti, tak pernah eksis dalam arti yang sesungguhnya. Hanya melintas saja. Numpang lewat.
Karena itu, lanjutNya, hanya Allah sajalah tempat bergantung. Dialah Dzat yang paling NYATA. Yang Haq yang Hidup. Selebihnya SEMU dan MATI. Kalau pun 'hidup', sebenarnya hanya 'seakan-akan'. Ayat berikut ini memberikan penegasan, bahwa hanya Allah saja yang Hidup, Yang Tidak Mati.
QS. Al Furqaan (25) : 58
Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba Nya,
KEMATIAN adalah wajah lain dari KEHIDUPAN, yang terangkum dalam DZAT KETUHANAN. Sekali waktu DIA memunculkan 'sepercik kehidupan' dari KEMATIAN, Di waktu yang lain, DIA mengeluarkan 'sepercik kematian' dari KEHIDUPAN.
QS. Ar Ruum (30) : 19
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
QS. Ali Imron (3) : 27
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)."
Ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa hidup dan mati adalah dua kondisi sederajat, hanya saja berlawanan. Sehingga, sekali waktu 'hidup' keluar dari kematian, tapi di waktu yang lain ‘mati' keluar dari kehidupan. Persis antara siang dan malam, gelap dan terang, materi dan energi, haq dan kebatilan.
Semua itu hanyalah kondisi-kondisi yang ‘numpang lewat'. Semu dan tidak abadi. Hanya menjadi 'TANDA-TANDA' adanya suatu DZAT MAHA ABADI yang menjadi sumber dari segala kontradiksi semu. Dialah Dzat Maha Agung, yang tidak tergambarkan dan tak pernah bisa terwadahi oleh bahasa manusia: ALLAH AZZA WAIALLA...
Setiap hari kita merasakan hal-hal yang kurang lebih sama. Pagi tadi kita terbangun dari tidur semalaman, kini kita beraktivitas penuh kesadaran, nanti malam kita lelap kembali dalam tidur yang entah bakal terbangun kembali ataukah lenyap selamanya.
Begitu pula kecamuk pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Baru saja kita merasakan senang dan bahagia, tak lama kemudian kita alami duka dan derita. Sebelumnya kita memperoleh rasa tentram dan damai tapi tak lama kemudian dihinggapi rasa cemas berkepanjangan.
Hidup kadang terasa aneh, bagaikan mimpi saja layaknya. Sehingga, tak jarang kita berpikir: ini kenyataan ataukah semu belaka ? Hidup dan mimpi memang mirip. Mimpi adalah 'aktivitas otak' di dalam 'TIDUR' Sedangkan hidup adalah 'aktivitas otak' di dalam KEMATIAN' Mimpi adalah KEMBANG TIDUR, sedangkan hidup adalah KEMBANG KEMATIAN. Mungkin Anda tidak sependapat dengan ungkapan ini, tapi cobalah cermati kemiripan keduanya.
Apakah sebenarnya mimpi? Manakah yang lebih substansial antara mimpi dan tidur? Tentu kita sependapat bahwa yang lebih substansial di antara keduanya adalah 'tidur'. Dikarenakan tidur, maka seseorang bisa bermimpi. Dengan kata lain, mimpi hanya bisa terjadi di dalam tidur.
Bagaimana mimpi bisa terjadi? Sampai sekarang, para pakar masih belum menemukan jawaban yang memuaskan. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah terulangnya memori di dalam otak. Artinya, sekadar melintasnya ingatan saja. Tidak memberikan makna.
Tapi, ada yang berpendapat bahwa mimpi adalah 'aktivitas jiwa' alias pengalaman jiwa di dunianya sana. Sehingga, itu sebenarnya adalah kejadian sesungguhnya. Cuma, di dunia yang berbeda.
Ada pula yang mengatakan, bahwa mimpi sekadar perlambang dari 'dunia lain' yang terkait dengan kehidupan di dunia nyata. Semuanya masih serba belum memuaskan, dan terus mengalami perkembangan penelitiannya.
Namun yang jelas, kita bisa merasakan bahwa sebuah mimpi terasa 'benar-benar terjadi' di dalam tidur kita. Sehingga jika kita sedang mimpi buruk, nafas kita bisa terengah-engah karenanya. Atau berkeringat dingin. Atau ada yang sampai ngompol segala. Artinya, aktivitas mimpi itu memiliki pengaruh yang riil dalam diri kita.
Aktivitas kelistrikan otak yang terjadi, dan koordinasi organ-organ terkait, sama persis dengan ketika kita sedang mengalami kejadian sesungguhnya di luar mimpi.
Jadi, dari sudut pandang kerja otak, mimpi tidak ada bedanya dengan pengalaman riil dalam kehidupan kita sehari-hari. Tapi, ia muncul dalam kondisi otak sedang tidur. Karena itu muncul istilah 'Mimpi' adalah 'Kembang Tidur' Sebuah 'kehidupan' yang muncul di dalam 'kematian'!
Ini mirip dengan yang terjadi dalam pengalaman kehidupan kita. Kalau skala pembahasan kita diperluas, maka kehidupan ini bagaikan sebuah mimpi, sedangkan 'tidurnya' adalah 'kematian' kita.
Kematian bukan hanya berarti lepasnya jiwa sesudah habis usia kita. Sebenarnya, sebelum kita lahir kita juga berada di dalam alam kematian.'Alam kematian' adalah alam dimana jiwa, ruh dan badan kita belum bersatu. Dan, alam dimana jiwa, ruh dan badan kita sudah terpisah.
QS. Al Baqarah (2) : 28
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan?
Dengan sangat gamblang Allah menginformasikan kepada kita bahwa dulu kita berada di dalam alam kematian, selama miliaran tahun bersama terciptanya alam semesta. Kemudian, Allah menghidupkan kita untuk beberapa puluh tahun. Lantas, dimatikanNya kembali. Dan nanti, pada periode Akhirat, kita bakal dihidupkanNya kembali.
Jadi, 'alam kematian' adalah alam yang terjadi 'sebelum dan sesudah' kehidupan. Atau dengan kata lain, 'alam kehidupan' ini berada di dalam 'alam kematian'. Ya, kehidupan kita ini sebenarnya 'terendam' di tengah-tengah berlangsungnya kematian kita. Sebelum lahir kita 'mati', sesudah lahir ‘usia habis’ kita juga mati.
Ini, sungguh sangat mirip dengan mimpi. Sebelum bermimpi kita tertidur. Kemudian muncul mimpi. Sesudah selesai mimpi kita juga tertidur. Jadi, 'TIDUR' identik dengan 'MATI'. Sedangkan 'MIMPI' identik dengan 'HIDUP'. Sehingga, seperti telah kita bahas tentang Jiwa, Allah mengidentikkan tidur dengan kematian. Di antaranya ayat ini.
QS. Az Zumar (39) : 42
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir
Selain itu, Rasulullah saw pun mengajari kita do'a menjelang tidur dan ketika bangun, mengidentikkan tidur dengan kematian.
Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut, astaghfirullahalladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum
(Dengan namaMu ya Allah kami hidup dan dengan namaMu pula kami mati, ampunilah kami ya Allah, Tiada Tuhan Selaln Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus MakhlukNya)
Alhamdulillahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatana wa ilaihi nusyuur.
(Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah kematian kami, dan kepadaNyalah tempat kembali)
Tidur dan mati, kata Allah, adalah kondisi pasif dimana jiwa sama-sama tidak aktif dalam kesadaran. Jiwanya ditahan oleh Allah. Dan dikembalikan lagi ketika orang tersebut bangun dari tidurnya. Atau, ketika orang mati dibangkitkan kembali.
Sudut pandang ini sangat menarik, karena memberikan gambaran kehidupan manusia dalam skala waktu yang sangat panjang. Skala waktu alam semesta, yang berjangka miliaran tahun.
Kehidupan manusia bagaikan 'sepercik air' di 'samudera kematian'nya. Betapa tidak. Alam semesta ini sudah berusia sekitar 12 miliar tahun, sedangkan usia kita hanya puluhan tahun saja.
Selama miliaran tahun itu kita berada di 'alam kematian'. dan kemudian diberi 'sepercik kehidupan' oleh Allah dalam waktu demikian singkat. Untuk kemudian mati kembali. Persis seperti munculnya ‘sepercik mimpi’ dalam tidur lelap kita yang panjang.
Kita jadi bertanya-tanya dalam hati, kalau begitu eksistensi kita ini lebih banyak berada di alam kematian? Sedangkan 'Hidup'. hanyalah sekilas mimpi? la bukan substansi?
Ya, yang lebih substansial ternyata adalah ‘Mati’. Hidup hanyalah 'Kembang Kematian'. Sebagaimana Mimpi sekadar ‘Kembang Tidur’. la bukan kenyataan. ‘Kenyataannya’ adalah kita sedang tertidur, dan di dalam tidur itulah kita bermimpi...
Maka, Allah memberikan perumpamaan tentang kehidupan ini seperti 'main-main dan sendau gurau' belaka. Kehidupan yang sesungguhnya adalah di Akhirat, setelah menyeberangi ‘kematian’ kita.
QS. M Ankabuut (29) : 64
Dan tiadalah kehidupm dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Kalimat lahwun wa la’ibun 'sendau gurau dan main-main' menunjukkan kepada kita betapa kehidupan dunia ini sebenarnya adalah kehidupan yang 'remeh-temeh". dalam skala waktu alam semesta Dunia Akhirat. la cuma setetes air dari samudera kehidupan yang sesungguhnya. Ini Cuma sekadar 'mimpi' saja. Tapi ingat, mimpi itu tetap memiliki dampak riil bagi diri kita setelah 'bangun'. Jika mimpi Anda buruk, Anda akan terbangun dengan badan sakit semua. Jika Anda bermimpi indah, Anda akan bangun dengan rasa bahagia.
Di ayat lain lagi, Allah mengibaratkan 'hidup' dengan turunnya air hujan yang menyirami tumbuh-tumbuhan sehingga subur menyenangkan. Tapi semua itu tidak lama. Karena tumbuhan itu bakal mengering, dan lenyap tertiup angin.
QS. Al Kahfi (18) : 45
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah bagaikan air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan dimuka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. Al Hajj (22) : 6
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan setelah yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu,
Lantas, Allah menegaskan di ayat berikutnya, bahwa hanya Allah yang haq, yang kekal abadi. Selebihnya hanyalah semu. Tak pernah kekal. Silih berganti, tak pernah eksis dalam arti yang sesungguhnya. Hanya melintas saja. Numpang lewat.
Karena itu, lanjutNya, hanya Allah sajalah tempat bergantung. Dialah Dzat yang paling NYATA. Yang Haq yang Hidup. Selebihnya SEMU dan MATI. Kalau pun 'hidup', sebenarnya hanya 'seakan-akan'. Ayat berikut ini memberikan penegasan, bahwa hanya Allah saja yang Hidup, Yang Tidak Mati.
QS. Al Furqaan (25) : 58
Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba Nya,
KEMATIAN adalah wajah lain dari KEHIDUPAN, yang terangkum dalam DZAT KETUHANAN. Sekali waktu DIA memunculkan 'sepercik kehidupan' dari KEMATIAN, Di waktu yang lain, DIA mengeluarkan 'sepercik kematian' dari KEHIDUPAN.
QS. Ar Ruum (30) : 19
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
QS. Ali Imron (3) : 27
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)."
Ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa hidup dan mati adalah dua kondisi sederajat, hanya saja berlawanan. Sehingga, sekali waktu 'hidup' keluar dari kematian, tapi di waktu yang lain ‘mati' keluar dari kehidupan. Persis antara siang dan malam, gelap dan terang, materi dan energi, haq dan kebatilan.
Semua itu hanyalah kondisi-kondisi yang ‘numpang lewat'. Semu dan tidak abadi. Hanya menjadi 'TANDA-TANDA' adanya suatu DZAT MAHA ABADI yang menjadi sumber dari segala kontradiksi semu. Dialah Dzat Maha Agung, yang tidak tergambarkan dan tak pernah bisa terwadahi oleh bahasa manusia: ALLAH AZZA WAIALLA...