Sunday, March 4, 2007

Ruh, Jiwa dan Program Ilahi

Sejauh ini, kita membahas struktur dan fungsi otak dalam skala organ. Bukan skala seluler atau apalagi biomulekuler. Padahal, dalam skala organik itu banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab, karena substansinya berada di tingkat seluler atau malah molekuler.

Bagian yang paling misterius di otak adalah bagaimana bisa muncul perintah-perintah cerdas yang menjadikan otak sebagai 'organ komandan' bagi kehidupan manusia. Baik secara fisik maupun keJiwaan. Hal itu tidak akan pernah terjawab secara memuaskan kalau kita hanya berkutat pada pembahasan otak sebagai organ atau jaringan, tanpa melihat isi sel secara lebih mendetil.

Bahkan, sebenarnya bukan hanya isi sel, melainkan isi inti sel. Karena di dalam inti sel itulah sebagian besar rahasia kehidupan tersimpan.

Di dalam inti sel itu terdapat untai genetika yang menentukan berbagai macam sifat dan karakteristik kehidupan seseorang. Bahkan, di sanalah sebagian 'takdir' kita ditempatkan oleh Allah. Di antaranya, usia, jenis kelamin, dan kapasitas kemampuan kita.

Seluruh kecerdasan otak sebenarnya bertumpu pada 'kecerdasan program' yang ada di dalam untai genetika ini. Untai genetika adalah kode-kode genetika yang tersusun dari bahan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid atau Asam Deoxiribo Nukleat).

Untai genetika ini menyimpan perintah atau pesan berupa kode-kode kimiawi, yang harus dilakukan oleh sel-sel dimana untai genetika itu berada. Jika ia berada di dalam sel otak, maka ia memiliki perintah-perintah yang berbeda dengan sel-sel darah, atau juga berbeda dengan sel-sel tulang. Perintah itu sangat khas, sesuai dengan jenis selnya.

Ada ribuan atau bahkan jutaan perintah yang tersimpan di dalam untai genetika suatu sel. Misalnya sel rambut. Di dalam untai genetikanya ada perintah untuk membuat zat-zat kimiawi yang berfungsi untuk mewarnai rambut menjadi hitam, merah, putih atau pirang.

Tentu, perintah semacam itu tidak terdapat pada sel tulang. Atau juga sel mata, dan sel-sel otak. Kalau sel-sel mata, barangkali untai genetikanya akan memerintahkan pembentukan sel-sel penangkap cahaya di retinanya, seperti sel kerucut atau sel batang yang berfungsi pada suasana terang dan gelap.

Nah, pada sel-sel otak, untai genetika itu memiliki kode-kode yang sangat khas. Kode-kode perintah itulah yang menyebabkan kenapa Hippocampus bisa menjadi tempat penyimpanan 'memori rasional'. Kode-kode perintah itu juga yang menyebabkan amygdala jadi berfungsi sebagai tempat 'ingatan emosi'. Kode itu juga berfungsi memerintahkan agar kelenjar hipofise bisa mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehidupan seseorang. Dan program-program cerdas itu juga yang membuat sel-sel 'batang otak' menjadi pengendali sistem pernafasan dan jantung, Thalamus berfungsi sebagai beranda persimpangan saraf-saraf sensorik, dan berbagai bagian di kulit otak bisa berfungsi dalam proses berpikir rasional.

Jadi, komandan yang sesungguhnya tidak berada di salah satu bagian otak itu, melainkan tersebar dalam bentuk program-program canggih yang mengisi sekitar 100 miliar sel saraf di otak manusia. Setiap sel dalam jaringan sejenis, memiliki program yang sama, membentuk fungsi tertentu.

Saya jadi teringat kembali kepada komputer. Bahwa seluruh bagian komputer itu sebenarnya hanyalah sekedar fasilitas alias infrastruktur belaka. Yang menjadikan komputer itu berfungsi secara cerdas adalah program-program yang ada di dalamnya. Baik berupa program operating system, maupun program aplikasi.

Kenapa komputer bisa on off secara otomatis tanpa dipencet tombol powernya? Karena ia dikendalikan lewat sebuah program alias software. Kenapa komputer bisa secara otomatis masuk ke program windows sebagai sistem operasinya? Juga karena di sana ada program pengendalinya.

Lantas, kenapa komputer bisa dipakai untuk fungsi menghitung, membuat tabel-tabel, menggambar dan mendesain, serta berbagai aplikasi lainnya? Karena di dalamnya ada program yang mengendalikannya. Siapakah yang menjadikan komputer itu cerdas seperti itu? Tentu saja desainer alias pembuatnya. Yang memasukkan program-program itu ke dalam hardisknya.

Jadi, ketika program-program cerdas itu sudah dimasukkan ke dalam 'otaknya'. maka komputer itu tinggal berjalan mengikuti 'fitrah'nya saja. Begitu dihidupkan, dia langsung secara otomatis masuk ke dalam program operating system nya. Dan sesudah itu, dia bisa berfungsi sesuai dengan program aplikasi yang ada di dalamnya.

Begitulah kurang lebih manusia dengan otaknya. Manusia diciptakan Allah dengan mengikuti pola tertentu yang disebut sebagai fitrah. Lantas di dalam fitrah dasar itu, manusia diberi kemampuan-kemampuan tertentu agar berfungsi dalam kehidupannya di dunia.

Fitrah itulah operating system nya. Lantas, berbagai macam kemampuan dan bakat kita adalah program-program aplikasinya. Hal Ini dikemukakan Allah dalam firmanNya.

QS. Rum (30) : 30
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa Allah menciptakan manusia menurut suatu fitrah tertentu yang tidak berubah. Dan fitrah itu mengikuti fitrah Allah.

Karena fitrah manusia mengikuti fitrah Allah maka berbagai macam sifat manusia bersesuaian dengan sifat-sifat Allah. Misalnya, sifat pengasih dan penyayang, sifat berkehendak, sifat pemberi, sifat berkuasa, dan lain sebagainya.

Seluruh sifat-sifat itu dikendalikan oleh agama yang lurus, yaitu Islam. Artinya, kalau manusia bisa menjalankan agama ini dengan baik, maka sifat-sifat ilahiah di dalam dirinya bakal bersinar.

Nah, program dasar di dalam diri manusia adalah operating system yang bersesuaian dengan fitrah Allah itu. Dan, itulah Ruh. Ibaratnya adalah program Windows dalam sebuah komputer.

Dengan adanya Ruh itu, maka manusia dalam hidupnya sudah berada di dalam sistem operasi yang bersesuaian dengan fitrah Allah. Tinggal, bagaimana dia menjalankan program aplikasinya.

Sistem operasi itu oleh Allah ditempatkan di seluruh sel-sel tubuh manusia, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seluruh potensi kehidupan itu, telah beroperasi mengikuti fitrah Allah.

Rambut tumbuh memanjang mengikuti fitrah Allah. Mata dan seluruh panca indera bisa melek dan berfungsi di dalam fitrah Allah. Otak kita berpikir dan berfungsi di dalam fitrah Allah. Demikian pula jantung, paru-paru, ginjal, liver dan seluruh organ-organ tubuh kita semuanya berfungsi mengikuti fitrah Allah.

Kehadiran fitrah Allah di dalam tubuh kita itulah yang disebut dengan Ruh Nya. Hal ini dikemukakan Allah di dalam berbagai ayatNya.

QS. Al Hijr (15) : 29
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RuhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

QS. Tahrim (66) : 12
dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta'at


Perlu digaris bawahi, bahwa Ruh itu ditiupkan seiring dengan kesempurnaan penciptaan manusia. Dan Ruh itu bukan menggambarkan seluruh sifat keilahian Allah, melainkan hanya sebagian saja, sebagaimana disebutkan di atas.

Jadi yang dimaksud dengan sempurna itu ketika dibandingkan dengan makhluk-makhluk selain manusia. Memang jika dibandingkan dengan makhluk lain, manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal itu dijelaskan Allah di dalam firmanNya, berikut ini.

QS. Israa (17) : 70
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Kesempurnaan sebagai makhluk yang tertinggi itu karena manusia diciptakan 'meniru' fitrah Allah, tapi dalam skala kecil. Dalam istilah di atas : sebagian dari Ruh Kami.

Karena keberadaan Ruh itulah maka manusia bisa mendengar, bisa melihat, dan bisa merasakan. Proses mendengar, melihat, dan memahami itu sendiri adalah potensi Jiwa dengan difasilitasi oleh badan, yaitu panca indera, hati dan berpusatkan di struktur otak.

Jadi potensi Jiwa dan. badan itu berfungsi karena ada potensi Ruh itu. Kenapa demikian? Karena potensi Ruh adalah bagian dari sifat-sifat keliahian: Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berilmu dan lain sebagainya. Itulah yang Dia firmankan berikut ini.

QS. Sajdah (32) : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya RuhNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur

Yang dimaksud dengan pendengaran di ayat tersebut tentu bukan hanya telinga (fisik) tetapi adalah kesatuan fungsi pendengaran, mulai dari telinga sampai pada sistem saraf pendengaran yang berpusatkan di otak kita.

Yang dimaksud dengan penglihatan, juga adalah satu paket sistem penglihatan mulai dari mata, sampai dengan susunan saraf yang berpusat di otak. Dan demikian pula yang dimaksud hati adalah sistem kefahaman yang dimulai dari sensor hati sebagai indera ke enam, dan kemudian berpusatkan di otak.

Seluruh sistem sensorik itu adalah sebagian dari gambaran fungsi Jiwa. Dengan demikian, kita bisa mengambil 'kesimpulan antara' bahwa karena adanya Ruh itu maka Jiwa kita menjadi berfungsi. Jika Ruh tidak ada maka Jiwa kita juga tidak berfungsi. Di sisi lain, keberadaan Ruh juga menghidupkan badan. Badan adalah benda mati berupa ‘seonggok’ molekul dan atom-atom yang disusun dengan susunan sangat istimewa sehingga memiliki fungsi tertentu. Dengan dimasuki Ruh, maka 'onggokan zat' yang tersusun istimewa itu menjadi hidup. Tumbuh, berkembang dan beraktivitas.

Inilah yang dimaksudkan Allah dengan menyusun segala sesuatu dengan ukuran yang serapi-rapinya. Allah adalah Pencipta yang Maha Teliti. Allah tahu harus memberikan fasilitas apa untuk kehidupan manusia yang sempurna itu. Begitulah Dia berfirman dalam Al-Qur’an.

QS. Al Furqaan (25) : 2
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

Sedangkan Jiwa adalah 'seonggok' program-program yang disimpan Allah dalam susunan istimewa di dalam sel-sel otak makhluk hidup. Program-program inilah yang berfungsi mengendalikan seluruh aktivitas badan yang telah dihidupkan oleh Ruh itu.

Tapi, selain menghidupkan badan, Ruh juga memberikan 'kehidupan' kepada Jiwa. Dengan adanya potensi Ruh itu maka Jiwa pun menjadi hidup. Jiwa yang berupa program-program tersusun secara rapi dan istimewa itu, lantas memiliki kecerdasan kehidupan karena telah dioperasikan pada sistem Ruh ilahiah.

Program-program itu 'bergerak' dan berfungsi dalam keseimbangan sistem yang sempurna di dalam fungsi Ruh. Perintah-perintahnya terhadap seluruh komponen penyusun badan berjalan terus dalam keseimbangan sistem Ruh.

Di sini mulai terlihat bahwa badan dan Jiwa adalah eksistensi berbeda. Badan adalah onggokan 'MATERIAL', sedangkan Jiwa adalah kumpulan 'MAKNA' dalam bentuk perintah-perintah alias kode-kode pesan.

Dalam dunia telekomunikasi, BADAN kita adalah HARDWARE alias sistem perkabelan dan seluruh infrastrukturnya. Sedangkan JIWA adalah INFORMASI yang terkandung di dalam software. Keduanya dihidupi oleh sistem operasi tertentu, yang dalam konteks manusia adalah RUH.

Marilah kita mencemati lebih jauh tentang Jiwa. Tidak sebagaimana badan yang bisa dilihat karena bersifat material, Jiwa tidak bisa dilihat. Kenapa demikian? Karena jiwa adalah sosok yang berupa makna. Ia bukan materi. Ia adalah informasi. Bagaimana anda bisa melihat informasi. Informasi hanya bisa 'dirasakan' maknanya.

Jika Anda membaca sebuah berita di koran, maka bukan tulisan itu yang disebut informasi. Tulisan yang tersusun dari huruf-huruf itu masih dalam klasifikasi material karena ia adalah sekadar ‘goresan tinta’ yang dibentuk secara istimewa sehingga memiliki makna.

Jika huruf-huruf disusun lebih istimewa lagi menjadi kata, maka makna yang tesimpan di dalam kata itu lebih luas dan dalam. Apalagi jika kata-kata itu disusun menjadi kalimat tentu akan membentuk arti yang lebih luas lagi. Itulah informasi. Ia tersimpan di balik atau di dalam kode-kode huruf yang disusun secara istimewa sehingga membentuk informasi dan makna.

Begitulah Jiwa. Ia adalah makna informasi yang tersimpan di dalam struktur otak kita, yang terbentuk dari susunan kode-kode istimewa. Ia tersimpan di dalam memori otak. Ada memori otak rasional (hippocampus) dan ada memori otak emosional (amygdala).

Lantas kode-kode itu tersusun dalam suatu sistem yang lebih besar yang disebut sebagai sistem limbik. Dan sistem limbik itu adalah bagian dari sistem Otak secara keseluruhan. 'Konstruksi Makna yang Bersifat Kompleks' itulah Jiwa.

Karena itu, Jiwa bisa berkembang dan tumbuh menjadi lebih dewasa, karena Jiwa adalah sistem informasi kompleks di dalam otak kita. Jiwa bisa dididik lewat makna-makna informasi. Ia dewasa seiring dengan pengalaman hidupnya. Seiring dengan bertambahnya wawasan di dalam memori rasional maupun maupun memori emosionalnya.

Kalau makanan badan adalah nasi, lauk dan sebagainya, maka makanan Jiwa adalah makna-makna informasi. Ada makanan-makanan yang bersifat merugikan badan, ada pula informasi-informasi yang merugikan kesehatan Jiwa. Ada makanan yang menyehatkan badan, tapi banyak pula informasi yang bersifat meningkatkan kualitas Jiwa.

Makna-makna dan hikmah yang terkandung di dalam Al-Qur’an adalah makanan Jiwa yang paling 'bergizi'. Semakin banyak seseorang merenungi isi dan kandungan Al-Qur’an, dan semakin banyak hikmah yang terserap oleh Jiwanya, maka semakin bersih Jiwa itu, dan semakin sempurna kualitasnya. Orang yang demikian, ia sedang menuju kepada kualitas tertinggi di dalam kesempurnaan seorang manusia, yang disebut sebagai nafs al muthmainnah...