Sunday, March 4, 2007

Kekuatan Berpikir Positif

Apa yang terjadi pada kita hari ini, adalah apa yang pernah kita pikirkan di masa lampau. Beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja saya menemukan buku harian saya ketika saya masih SMA. Saya sempat terkejut, karena di sana ada beberapa doa yang pernah saya panjatkan kepada Allah, yang kini telah menjadi kenyataan. Saya tidak perlu menyampaikan detail do'a itu kepada Anda. Tetapi, intinya waktu itu saya ingin lebih memahami Eksistensi dan Ilmu-ilmuNya untuk mendekatkan diri kepadaNya.

Tentu saja, hari ini saya belum merasa dekat kepadaNya. Tetapi, jalan untuk mendekatkan diri dan proses memperoleh kefahaman atas Ilmu-IlmuNya itu kini terbentang demikian luas di hadapan saya.

Saya tidak pernah membayangkan bahwa ini akan terjadi. Sebab, saya sekolah bukan di sekolah agama secara formal. Yang tidak mendidik saya menjadi seorang mubaligh, tapi menjadi seorang saintis atau teknolog.

Banyak kejadian yang menggiring kehidupan saya menuju pada apa yang pernah saya doakan kepada Allah beberapa tahun yang lalu.

Kini saya merenungkan semua itu, justru ketika saya sedang menulis diskusi tentang kekuatan Jiwa dan Ruh. Saya jadi teringat perkataan orang bijak: bahwa engkau hari ini, adalah apa yang kamu pikirkan di masa lampau.

Atau perkataan William Shakespeare : "bukan aku yang membentuk puisiku, tapi puisiku yang membentuk aku menjadi seperti ini." Atau, cerita Einstein tentang teori-teorinya yang spektakuler : "aku tidak tahu bagaimana prosesnya, tiba-tiba ide itu muncul dalam pikiran saya."

Kini, setelah saya merenung tentang kekuatan otak dan Jiwa, saya mulai menemukan titik terangnya. Saya merasa ada benang merah yang bisa menjelaskan semua itu.

Sebagaimana kita bahas di depan, bahwa otak dan Jiwa manusia mengalami perkembangan dan menuju proses penyempurnaan terus-menerus. Sel-sel otak terus berkembang atau menyusut seiring dengan pikiran dan perbuatan seseorang.

Jika seseorang berpikir dan berbuat yang bermanfaat menuju kualitas tinggi, maka jumlah sel-sel otaknya bakal berkembang biak. Sebaliknya, jika berpikir dan berbuat yang tidak bermanfaat berkualitas jelek, maka yang terjadi adalah penyusutan sel-sel otak.

Bagi otak, sebenarnya antara berpikir dan berbuat tidaklah ada bedanya. Ketika seseorang berpikir, muncullah sinyal-sinyal listrik. Demikian pula ketika seseorang berbuat, ia juga memunculkan sinyal-sinyal listrik. 'Dunia otak' tak lebih hanyalah dunia yang berisi sinyal-sinyal listrik.

Baik ketika dia sedang memerintahkan untuk menganalisa, berpikir, merenung, berkata-kata, melihat, mendengar, emosional, maupun bergerak atau berlari. Semuanya tak lebih hanya berupa sinyal-sinyal listrik belaka, yang memerintahkan organ-organ lainnya untuk bereaksi.

Karena itu, bagi otak tidak ada bedanya antara berpikir dan berbuat. Jika kita berpikir dan berbuat jahat, sel-sel otak bakal mengalami kerusakan secara bertahap seiring dengan lamanya aktivitas itu.

Sebaliknya, kalau kita berpikir dan berbuat baik, sel-sel sarafnya bakal berkembang biak. Sel-sel saraf yang berkembang biak itulah yang bakal meningkatkan power alias kekuatan otak dan Jiwa seseorang. Karena kekuatan otak seiring dengan jumlah sel-sel saraf yang terbentuk semakin sempurna.

Ini mirip dengan otot. Jika kita melatih otot kita dengan beban-beban yang semakin besar, maka otot kita akan berkembang dan semakin kuat. Sebaliknya, jika kita tidak pernah melatihnya bermalas-malasan maka otot kita bakal melemah, dan berkurang jumlah sel-selnya.

Tapi mekanisme otak jauh lebih kompleks dibandingkan dengan otot. Otak melibatkan mekanisme emosional dan bawah sadar seseorang. Dr Timothy Leary mengatakan bahwa otak bagaikan sebuah jaringan yang tersusun dari 100 miliar komputer induk (main frame) yang bekerja secara sangat kompleks.

Secara emosional, jika orang berpikir mengarah kepada sifat sombong, iri, dengki, benci, dendam, marah, culas, bohong dan sebagainya, ia sama saja dengan sedang merusak sel-sel otaknya. Emosi yang jelek itu jika dilakukan secara terus-menerus bakal memiliki kekuatan merusak tidak kalah hebatnya dengan kanker atau tumor otak. Dan bakal 'menghancurkan' kekuatan otak, sekaligus jiwa seseorang.

Tapi, jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh kasih sayang, kejujuran, kedamaian, ketentraman, keikhlasan dan sebagainya, maka ia sedang menyusun dan membangun kekuatan otak dan Jiwanya, lewat pertumbuhan sel-sel limbiknya.

Bahkan selain mekanisme emosional, terdapat mekanisme bawah sadar yang sangat misterius. Yang oleh Carl Gustav Jung disebut sebagai 'Ketidaksadaran kolektif'. Atau oleh Maxwell Waltz dinamakan 'Servo Mechanism' alias mekanisme otomatis.

Ini adalah sebuah mekanisme di luar kesadaran seseorang, yang berlaku secara universal pada semua orang. Bahkan mekanisme itu bukan hanya berpengaruh pada diri seseorang saja, melainkan bisa terhubung kepada orang lain. Bahkan, melibatkan berbagai mekanisme alamiah di sekitarnya.

Ada suatu 'Mekanisme Tunggal' yang menghubungkan segala sesuatu di alam semesta raya. Mulai dari benda-benda besar alam makro seperti interaksi miliaran benda-benda langit lewat gaya gravitasinya, sampai pada partikel-partikel di alam mikro yang berinteraksi lewat gaya-gaya nuklir.

Dan ternyata, mekanisme bawah sadar manusia juga terhubung kepada interaksi-interaksi tersebut membentuk suatu hubungan alamiah yang saya sebut sebagai 'Mekanisme Universal'.

Mekanisme Universal ini bagaikan 'The Giant main frame' alias komputer induk raksasa yang mengatur segala kejadian di alam semesta. Mulai dari yang kecil sampai yang besar. Dari yang mati sampai kepada yang hidup. Dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks dan rumit.

Dalam istilah Al-Qur’an komputer raksasa itu dinamakan sebagai Lauh mahfuzh atau Kitabin Mubin (kitab yang nyata), atau 'ummul kitab' (induk segala kitab). Termasuk kitab Al-Qur’an adalah sebagian dari Lauh Mahfuzh tersebut.

Di kitab inilah tersimpan segala mekanisme alam semesta, termasuk segala kejadian yang lalu, maupun yang akan datang, sebagaimana difirmankan Allah dalam berbagai ayatNya. Atau dalam istilah Stephen Hawking kitab itu adalah 'The Grand Formula' (Rumus Segala Kejadian), yang bisa digunakan Untuk mengetahui kejadian masa lalu dan masa datang, di seluruh penjuru alam semesta.

QS. Al Anaam (6) : S9
Dan di sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Ayat di atas memberikan gambaran yang menarik tentang keberadaan 'Kitab Induk' itu. Sebuah kitab yang memuat kunci-kunci semua kejadian ghaib (yang tidak kita ketahui), baik di daratan maupun di lautan. Yang basah maupun yang kering. Daun yang gugur maupun sebutir biji yang sedang tumbuh dalam perut bumi.

Di ayat yang lain bahkan Allah memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dengan menyebut segala kejadian di wilayah langit dan bumi. Sebesar partikel sub atomik maupun yang lebih kecil 1agi atau lebih besar daripadanya. Ya, seluruh kejadian di makrokosmos maupun mikrokosmos ternyata sudah termaktub di dalam Lauh Mahfuzh.

QS. Yunus (10) : 61
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun Sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

QS. Huud (11) : 6
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

QS. Ar Ra'd (13) : 39
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).

QS. Yasin (36) : 12
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas Yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Bukan hanya benda mati saja, tapi segala kejadian yang melibatkan makhluk hidup juga terdapat di dalamnya. Binatang, tumbuhan dan bahkan segala perbuatan manusia, di masa lalu maupun di masa datang. Seluruhnya terangkum di dalam Kitab yang Nyata.

Penggunaan kata 'Kitabin Mubin' (Kitab yang Nyata) sangatlah menarik untuk dicermati. Allah seakan-akan ingin menegaskan bahwa kitab itu bukan sekadar khayalan. Ia adalah sesuatu yang nyata. Atau dengan kata lain, Kitab Induk itu sebenarnya adalah 'Segala Kenyataan' yang tertuang di dalam alam semesta.

Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin mengemukakan bahwa seluruh isi alam semesta ini sebenarnya berada dalam sebuah sistem yang satu, yang saling terhubung. Karena itu, sebuah kejadian kecil di suatu tempat, akan mengimbas ke seluruh wilayah alam semesta dan bisa diketahui dari posisi mana saja. Oleh siapa saja. Inilah yang saya maksudkan dengan 'Mekanisme Universal' atau alam ‘Bawah Sadar’.

Alam bawah sadar adalah "Ketaksadaran Universal' yang memiliki mekanisme tertentu untuk mereaksi segala kejadian yang terjadi di alam semesta. Dia bisa diakses darimana saja, termasuk oleh pikiran sadar manusia. Ia adalah 'Keseimbangan Abadi' yang bekerja berdasarkan Sunnatullah.

Maka, setiap kejadian bakal menerima respon dari alam bawah sadar itu secara adil dan seimbang. Tidak ada kebohongan yang terjadi dalam mekanisme ini. Juga tidak berlaku sistem nilai baik atau buruk. Yang ada hanya hukum 'aksi reaksi' yang berjalan secara apa adanya.

Jika ada 'gaya dorong' yang mengenainya, maka 'mekanisme universal' itu akan membalasnya dengan memberikan gaya dorong. Jika ada ketidakadilan yang mengenainya, maka dia akan membalasnya dengan ketidakadilan juga. Kalau ada aksi kejujuran, maka dia pun membalas dengan reaksi kejujuran.

Bahkan lebih jauh dari itu, mekanisme universal tersebut bisa mengatur keberhasilan dan kegagalan seseorang atas tujuan-tujuan yang ditargetkan, dengan mekanisme yang sangat unik.

Seperti saya katakan, 'Komputer Semesta' yang memiliki mekanisme universal itu terhubung dan bisa diakses oleh otak kita. Interaksinya bagaikan sebuah jaringan komputer, yang terdiri dari sebuah 'Komputer Induk' (main frame) dengan miliaran komputer yang ada di otak setiap manusia.

Aksesnya berada di dalam sistem limbik, dimana sistem limbik ini juga bekerja berdasarkan sistem kejujuran yang tidak bisa dibohongi. Sistem limbik menjadi semacam interface (penghubung) antara alam sadar dan alam bawah sadar seseorang.

Jika kita menginginkan sesuatu, dan ingin berhasil mendapatkannya, maka keinginan kita itu akan menerobos sistem limbik di otak kita. Yang pertama di lakukan adalah menimbang, dengan cara mencocokkan keinginan itu pada memori rasional (hippocampus) maupun emosional (amygdala).

Hasilnya, kita memperoleh persepsi tentang keinginan itu. Tidak masalah, apakah persepsi itu rasional ataukah emosional. Yang penting otak telah memperoleh persepsi, yang kemudian dilanjutkan dengan membuat keputusan.

Keputusan yang dibuat itu bakal berpengaruh ke dua arah. Arah yang pertama adalah berupa keluarnya 'perintah' ke sistem organ tubuhnya untuk melakukan sesuatu yang telah menjadi keputusan itu.

Dan yang kedua adalah perintah yang menuju keluar dirinya, yaitu ke ‘Alam Bawah Sadarnya’. Perintah yang kedua ini akan masuk sebagai input bagi 'Komputer Induk' lewat mekanisme universal. Dan kemudian, alam bawah sadarnya akan memberikan reaksi sekaligus merekam input tadi, untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang.

Input tersebut memicu bergulirnya mekanisme universal, yang melibatkan banyak variabel di luar diri seseorang. Berjuta-juta atau bahkan bermiliar-miliar variabel yang bisa mempengaruhi hasil mekanisme bawah sadar tersebut. Baik yang ada di dalam dirinya, orang lain, maupun yang ada di alam sekitarnya. Itulah yang dikatakan oleh Prof Abdussalam tentang penyatuan hukum-hukum alam yang disebut Grand Theory. Atau formulasi universal yang disebut sebagai Grand Formula.

Jika teori itu bisa dirumuskan dalam suatu formula tertentu yang disebut sebagai Grand Formula maka kita akan bisa memprediksi seluruh kejadian yang bakal terjadi sampai berjuta-juta tahun ke depan, di penjuru alam semesta mana pun ia terjadi.

Kita akan bisa mengetahui dan menghitung, kapan kita bakal sakit, memperoleh rezeki, naik pangkat, ketemu jodoh, punya keturunan, atau bahkan saat-saat kematian maupun kapan dan bagaimana terjadinya kiamat.

Malahan, tidak mustahil, kita akan bisa memprediksi dan menghitung apakah kita bakal masuk neraka ataukah masuk surga. Sayangnya, secara statistik, kita tidak mungkin bisa merangkum bermilyar-milyar variabel itu dalam satu rumus tunggal Grand Formula. Untuk menghitung sebuah persamaan matematika dengan 10 variabel saja kita sudah 'angkat tangan' untuk menyelesaikannya. Apalagi milyaran.

Namun secara praktis, mekanisme universal yang ada di alam bawah sadar itu bisa kita pelajari secara kualitatif. Dan, menurut beberapa penelitian psikologis, ternyata juga bisa dipengaruhi dengan cara tertentu, sehingga menghasilkan efek yang kita kehendaki.

Menurut Maxwell Maltz, seorang pakar psikologi yang menyusun diskusi best seller 'The New Psycho Cybemetics'. alam bawah sadar itu bisa dipelajari mekanismenya dan kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan efek seperti yang kita inginkan dalam mendukung kesuksesan dan kebahagiaan kita. Ia menciptakan teori, sekaligus metode pelatihan, yang disebutnya sebagai Psycho Cybernetics.

Metode ini intinya mengatakan, bahwa kesuksesan dan kebahagiaan seseorang itu bisa dikendalikan dan dicapai lewat pikiran yang positif. Keinginan yang rasional, dan terus-menerus ditanamkan ke alam bawah sadar seseorang, bakal menghasilkan keyakinan yang mendorong pada kesuksesan yang dituju. Ada mekanisme otomatis di bawah sadar, yang mengkoordinasikan semua variabel untuk menuju pada kesuksesan itu.

Kuncinya, kata Maltz, adalah kemampuan kita untuk menanamkan keyakinan bahwa sesuatu itu bisa dilakukan dan benar-benar terjadi. Jika, keyakinan itu secara berulang-ulang memprovokasi alam bawah sadar kita, maka kejadian itu bakal benar-benar terjadi!

Keyakinan itu sendiri tidak boleh dikotori oleh kesombongan, ketidakjujuran, kekhawatiran, ragu-ragu, dan berbagai sifat-sifat yang mengarah kepada pikiran negatif alias negative thingking. Pikiran yang demikian tidak akan memberikan keyakinan pada alam bawah sadarnya, sehingga tidak bisa memicu bergulirnya mekanisme otomatis untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan.

Adalah berbeda antara bermimpi alias sekadar ingin, dengan meyakini akan bisa memperolehnya. Yang bisa berpengaruh pada alam bawah sadar kita bukanlah bermimpi apalagi berkhayal tapi sebuah keyakinan rasional bahwa kita bisa meraihnya.

Seseorang harus memiliki keyakinan rasional yang mantap, keikhlasan, kesabaran, ketenangan, kejujuran dan mencintai dengan ketulusan hati. Barulah dia mampu mempengaruhi mekanisme otomatis itu untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkannya.

Mekanisme Universal ini bisa kita terapkan untuk menjelaskan, kenapa seseorang yang berdoa dengan tulus ikhlas dan keyakinan yang mantap bisa terkabul seperti yang dia inginkan.

Sebab, doa yang tulus ikhlas dan sepenuh keyakinan, lantas diulang-ulang, akan menstimulasi alam bawah sadarnya untuk bereaksi secara positif pula. Sedangkan orang yang ragu-ragu dan tidak mantap dalam berdoa tidak akan bisa memicu mekanisme bawah sadarnya untuk bereaksi. Bahkan, kalaupun bereaksi, justru akan bereaksi secara negatif untuk memunculkan kegagalan.

Mekanisme ini pula yang saya rasa bisa menjelaskan apa yang terjadi pada diri saya. Bahwa keyakinan, dan perasaan penuh harap ternyata telah mampu memicu bergulirnya mekanisme universal sesuai dengan doa yang saya panjatkan. Hasilnya, terjadi setelah proses itu berjalan sekian tahun kemudian.

Lama tidaknya proses itu berbeda-beda pada setiap kejadian, bergantung seberapa banyak faktor dan variabel yang mempengaruhinya. Inilah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatNya, bahwa barangsiapa berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh maka Allah akan mengabulkannya.

Doa itu harus diiringi dengan keyakinan terhadap suatu 'Mekanisme Tunggal'. yang ternyata begitu dekat dengan kita. Sama sekali tidak jauh. Dan mekanisme itu 'Pasti' akan mengabulkan doa tersebut.

QS. Al Baqarah (2) : 186
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Cermatilah kata-kata yang ditebalkan. Betapa Allah menggunakan kata-kata yang memberikan penegasan untuk meyakinkan. Bahwa Dia sangat dekat dengan orang yang berdoa, bahwa dia pasti mengabulkan, bahwa orang itu harus memohon hanya kepada satu Tuhan saja, bahwa orang tersebut harus mengikuti perintah Allah saja (berbuat kebaikan/positif), dan mesti beriman (yakin) bahwa doanya dikabulkan Allah. Itulah kata-kata kunci agar doa seseorang bisa menyentuh dan memicu mekanisme bawah sadarnya, sesuai dengan Sunnatullah.

QS. Sajdah (32) : 16
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.

Di ayat lain (di atas) Allah memberikan informasi bahwa keyakinan akan tercapainya doa itu akan semakin kuat ketika seseorang melakukannya dengan harap-harap cemas. Artinya dia benar-benar menjiwai doa yang dia panjatkan itu. Dia benar-benar berharap kepada Allah yang Maha Mengabulkan doa.

Kalau kita sudah menjalankannya secara meyakinkan, maka Insya Allah DIA bakal mengabulkan doa-doa dan keinginan baik itu. Bahkan Allah menegaskan dalam bentuk janji dan sumpah, seperti dalam ayat berikut ini. Tentu saja asalkan kita sabar dan tidak tergesa-gesa.

QS. Adz Dzaariyat (51) : 23
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.

QS. Al Badarah (2) : 153
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

OS. Al Israa' (17)

Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.

Sangatlah menarik di dua ayat yang terakhir Allah mengingatkan bahwa terkabulnya doa seseorang itu sangat bergantung kepada kesabaran, dan bukan ketergesa-gesaan. Kenapa demikian?

Karena proses tercapainya keberhasilan lewat mekanisme bawah sadar itu memang membutuhkan waktu untuk berposes. Bukan sim-salabim atau abrakadabra. Semuanya mengikuti sunnatullah dan berjalan dalam hitungan waktu. Allah mengatur semua ‘variabel proses’ untuk menuju pada sasaran yang dimaksud. Allah bersama orang-orang yang sabar.

QS. Maryam (19) : 84
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.

Selain harus sabar, ternyata 'prasangka' juga memainkan peranan penting dalam keberhasilan doa kita. Jika kita berprasangka buruk, maka mekanisme bawah sadar akan menghasilkan yang buruk. Sebaliknya kalau kita berprasangka baik kepada Allah, maka hasilnya juga akan baik.

Begitulah memang cara kerja Servo Mechanism yang ada di alam bawah sadar kita. Ini mirip dengan istilah GIGO (Garbage in, Garbage Out) dalam dunia komputer, yang artinya : jika kita memasukkan sampah ke dalam proses komputerisasi, maka hasilnya juga berupa sampah.

Jadi untuk menghasilkan suatu hasil positif, kita juga harus memasukkan input-input yang positif ke dalam mekanisme bawah sadar kita. Dan input itu cukup berupa sinyal-sinyal listrik positif saja, maka mekanisme bawah sadar akan bekerja untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan.

Kelihatannya agak fantastis. Kok bisa hanya dengan berpikiran positif, kita akan mencapai hasil yang positif? Saya ingatkan kembali pembahasan kita di bagian yang lalu, bahwa 'Dunia Otak' hanyalah dunia sinyal-sinyal listrik.

Seluruh aktivitas kita mulai dari melihat, mendengar, berbicara, berpikir, sampai bergerak, bagi otak sebenarnya tidak lebih hanyalah berupa munculnya sinyal-sinyal listrik belaka.

Otak kita tidak pernah bergerak. Otak kita juga tidak pernah menangkap bayang-bayang benda. Begitu juga, otak kita tidak pernah menangkap gelombang suara, dan seterusnya. Semuanya sudah dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik oleh mata, telinga, dan saraf-saraf motorik. Yang sampai ke otak semata-semata sinyal listrik. Itulah yang menstimulasi berbagai komponen otak, termasuk mekanisme bawah sadar.

Jadi, kalau kita bisa menciptakan sinyal-sinyal bayangan dari komputer, kemudian sinyal-sinyal itu kita sambungkan ke pusat pendengaran kita di otak, maka otak kita bakal tertipu. Ia seakan-akan melihat benda sungguhan. Padahal itu kan hanya gambar komputer.

Begitu juga kalau kita memasukkan input berupa sinyal-sinyal suara ke pusat pendengaran di otak. Maka sel-sel otak yang berkaitan dengan pusat pendengaran akan menganggap itu sebagai suara betulan.

Begitulah memang mekanisme yang terjadi di dalam otak kita. Karena itu, seseorang bisa dihipnotis dengan cara yang sama. Sang penghipnotis mengirimkan sinyal-sinyal listrik ke pusat pendengaran, penglihatan, motorik dan pusat-pusat persepsinya, maka orang yang dihipnotis itu seakan melihat sesuatu dan menjalaninya seperti kejadian sungguhan. Padahal itu semua kan hanya gelombang pikiran yang dipancarkan oleh si penghipnotis.

Kembali kepada 'Mekanisme Keberhasilan' yang ada di bawah sadar kita. Ketika kita bisa mengirimkan sinyal-sinyal positif ke alam bawah sadar, maka mekanisme itu akan menganggap kita telah mengerjakan sesuatu dengan sungguhan. Ia akan menjadi input yang positif bagi sebuah proses keberhasilan. Beberapa firman Allah di dalam Al-Qur’an menggambarkan hal itu.

QS. Al Fath (48) : 6
Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.

QS. Fushilat (41) : 23
Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Jadi, sinyal listrik yang muncul dari sebuah prasangka buruk tidak ada bedanya dengan sinyal listrik yang muncul dari sebuah perbuatan buruk. la akan dianggap sebagai input oleh mekanisme bawah sadar kita sebagai keburukan.

Contoh gampangnya begini. Jika, kita berpikir bahwa kita ini bodoh. Kemudian, orang-orang di sekitar kita juga mengatakan bodoh. Dan kemudian kita yakin bahwa kita bodoh, maka keyakinan itu akan menjadi input bagi mekanisme bawah sadar kita untuk menciptakan sebuah proses kegagalan dalam setiap yang kita perbuat. Padahal sebetulnya kita tidak bodoh.

Sebaliknya kalau kita berpikir bahwa kita mampu, dan kemudian secara rasional kita yakin bahwa kita mampu, maka keyakinan itu akan menjadi input positif bagi Mekanisme Kesuksesan. Tapi kuncinya, 'tidak boleh ada kebohongan' dalam keyakinan itu.

Perasaan dan keyakinan bahwa kita mampu itu harus memperoleh pijakan rasionalnya. Artinya dalam kenyataannya kita harus berusaha secara rasional dan kemudian kita merasa mampu. Jika tidak yakin, maka sinyal itu tidak akan pernah berfungsi sebagai input bagi alam bawah sadar kita.

Inilah mekanisme sistem limbik secara umum. Bahwa sistem limbik yang mengendalikan fungsi luhur Jiwa kita itu memang bukan hanya bekerja berdasarkan emosional (amygdala), melainkan juga dipengaruhi oleh hippocampus sebagai memori rasional.

Inilah yang oleh Maxwell Maltz disebut sebagai citra diri. ‘Citra Diri’ adalah sebuah persepsi dan keyakinan kita terhadap diri kita sendiri. Kita bisa memiliki persepsi bahwa kita pintar (tapi bukan sombong), atau kita mempersepsi bahwa kita bodoh, atau kita yakin bahwa kita mampu, dan seterusnya, yang terbangun secara rasional. Bukan sekedar angan-angan. Jika hal itu kita yakini, maka ia akan membentuk citra diri bahwa kita memang begitu.

Dalam konteks berdoa kepada Allah, maka keyakinan akan citra diri itu berpadu dengan prasangka kita. Jika kita bercitra diri positif dan kemudian berprasangka positif kepada Allah, maka Insya Allah doa kita itu akan berproses mengikuti sunnatullah menuju pada mekanisme kesuksesan.

Itulah yang diajarkan Allah kepada kita. Allah terus-menerus menanamkan kepada pikiran sadar kita bahwa Dia adalah Maha Berkuasa, Maha Mengabulkan doa, Maha Pengampun, Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi. Jika itu memperoleh pijakan rasionalnya di dalam pikiran kita, maka Insya Allah doa kita akan menjadi mustajab. Gampang dikabulkan oleh Allah.

Penutup doa yang mustajab itu, kata Allah, selalu diakhiri dengan kata-kata 'Alhamdulillahi rabbii 'aalamin'. Menunjukkan bahwa kita sangat yakin kalau Allah bakal mengabulkannya. Sebab DIA memang Maha Mengabulkan doa. Itulah cara berpikir positif yang memiliki kekuatan besar dan mustajab, sebagaimana DIA ajarkan, berikut ini.

QS. Yunus (10) : 10
Do'a mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma” dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup do'a mereka ialah: “Alhamdulillaahi Rabbil aalamin.”