Sunday, March 4, 2007

Jiwa, Program Aplikasi

Pada robot, listrik dan sistem operasinya belum bisa menyebabkan ia memiliki fungsi dan aktivitas yang sempurna. Robot masih membutuhkan software alias program aplikasi yang menyebabkan ia bisa berfungsi sesuai perintah desainernya.

Jika ia robot penyanyi, maka di dalam 'otak' komputernya harus dimasukkan program yang berkaitan dengan fungsi menyanyi itu. Ia harus 'kenal' banyak lagu. la juga mesti paham notasi. Dia mesti tahu irama, harmonisasi, dan banyak hal lagi tentang nyanyian atau sebuah pergelaran musik. Untuk itu, robot harus diisi dengan program-program aplikasi yang menjadikan ia pintar menyanyi. Jika tidak, maka dipastikan robot itu hanya 'hidup' tapi tidak pandai menyanyi.

Begitu juga bagi robot yang didesain untuk mampu menyetir mobil. Ke dalam 'otaknya' harus dimasukkan berbagai program aplikasi yang berkaitan dengan mengendarai mobil. Mulai dari tatacara menyetir, rambu rambu lalu lintas, sampai pada harus tahu peta jalan dimana dia beroperasi.

Jadi, program aplikasi sangat diperlukan untuk 'kehidupan' sang robot agar ia bisa 'hidup layak' sesuai dengan fungsinya.

Cara memasukkan program aplikasi itu ada dua. Yang pertama diberikan secara instan oleh programmer Program aplikasi itu bisa dimasukkan sejak awal robot itu dibuat, berdasarkan perkiraan masalah -masalah yang bakal dihadapinya. Misalnya, jika dia robot penyanyi, maka di hardisk komputernya mesti diinstal program tentang nyanyian mulai dari jenis lagu yang akan dibawakan sampai kepada tata cara dia membawakan.

Robot itu tidak bisa menyimpang dari program-program yang diberikan kepadanya. Jika ada permintaan yang tidak dia kenal, maka dia akan menolak permintaan itu. Atau meresponnya secara salah. Kalau dipaksa, komputernya bakal hang. Cara pertama ini memang lebih mudah, tetapi tidak memberikan 'kepintaran' yang cukup baik kepada si robot, sehingga dia tidak akan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan dan banyak hal yang terjadi di sekitarnya.

Cara yang kedua adalah yang lebih canggih. Programmer robot itu memasukkan suatu program aplikasi yang bisa menerima input baru berdasarkan pengalaman robot. Robot menggunakan sistem Hybride.

Programnya adalah program terbuka. Seluruh pengalaman baru yang dialami robot bisa dicatat sebagai data inputan baru. Dengan cara ini, robot semakin lama akan semakin pintar. Misalnya, ia bisa diajari lagu baru.
la bisa diajak melakukan pembelajaran, dan mengingat berbagai data baru di 'otak' komputernya.

Berbagai program aplikasi bisa kita masukkan ke dalam'otak' robot' agar ia menjadi robot yang pintar dan memiliki berbagai macam keahlian. Hanya saja, untuk bisa menciptakan robot yang demikian itu, luar biasa susahnya.

Menciptakan robot dengan satu keahlian saja sudah demikian sulit. Apalagi yang memiliki multiskill alias banyak keahlian. 'Otak' komputer yang tersimpan di dalam kepala robot itu harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga besarnya barangkali akan berjuta-juta kali dibandingkan besarnya kepala sang robot.

Nah, kalau kita bandingkan dengan manusia, maka software alias program aplikasi inilah yang disebut Jiwa. Bandingkan dengan pemahaman kita tentang Ruh. Ruh adalah sistem operasi yang di dalamnya memiliki energi kehidupan, sedangkan Jiwa adalah program aplikasi yang bisa menyebabkan seorang manusia memiliki kemampuan operasional.

Ruh menyebabkan seorang manusia hidup. Badannya bertumbuh, berkembang biak, bisa bernafas, jantungnya berdenyut dan lain sebagainya. Juga, dengan Ruh itu, manusia memiliki sifat-sifat dasar kemanusiaan yang saya sampaikan di depan. Ia memiliki sifat-sifat yang mirip dengan sifat-sifat Tuhan sebagai 'sumber' Ruh kita.

Namun demikian, manusia tidak bisa beraktivitas dengan sempurna di dalam hidupnya kalau Jiwanya tidak tumbuh dan berkembang. Skill atau keahlian yang bersifat fisik maupun psikis semuanya dikendalikan oleh Jiwa. Jiwa bekerja di dalam sistem Ruhani. Jadi, Ruh menghidupi badan dan Jiwa sekaligus. Badan maupun Jiwa tidak bisa bekerja ketika Ruh tidak ada.

Kemampuan menyanyi, misalnya, itu adalah fungsi Jiwa. Kemampuan bermain sepakbola, juga fungsi dari Jiwa. Kemampuan berhitung, berbahasa dan belajar adalah fungsi Jiwa. Demikian pula kemampuan berlogika, menganalisa, berpikir. Termasuk kemampuan berbudaya dan beragama adalah fungsi dari Jiwa. Bukan fungsi Ruh. Juga bukan fungsi badan.

Jiwa adalah fungsi sentral dari eksistensi seorang manusia. Sebagaimana software alias 'program aplikasi' adalah fungsi sentral dari sebuah robot. Keberadaan badan robot dan sistem operasinya ditujukan untuk memfasilitasi software. Demikian pula pada manusia, keberadaan badan dan Ruh adalah untuk memfasilitasi fungsi Jiwanya. Jiwa inilah yang menyebabkan seseorang berfungsi sebagai manusia seutuhnya.

Karena itu, jika seseorang mengalami gangguan Jiwa, ia tidak lagi menjadi subyek dalam kehidupan beragama. Ia tidak dikenai tugas-tugas keagamaan. Seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya.

Agama berfungsi untuk memproses kualitas Jiwa seseorang dari yang bernilai rendah menjadi Jiwa yang berderajat tinggi. Dari Jiwa yang berkualitas 'nafs al amarah' menjadi 'nafs al muthmainnah.

Dari Jiwa yang 'merepotkan' banyak pihak menjadi Jiwa yang 'bermanfaat' buat semua pihak. Dari Jiwa yang 'bodoh' menjadi Jiwa yang 'pintar' dan bisa menyelesaikan beragam persoalan kehidupan.

Dari Jiwa yang egois dan serakah menjadi Jiwa yang sosialis, lantas spiritualis. Dari jiwa yang penakut, pembenci, pendendam dan selalu gelisah, menjadi Jiwa yang pemberani, pemaaf, tenang, tentram, penuh cinta dan kedamaian.

Itulah bidang garap keagamaan yang bertujuan menjadikan sosok manusia menjadi 'Insan Kamil', manusia yang sebenarnya. Manusia yang sempurna. Bukan cuma sekadar badan yang bisa bergerak ke sana kemari, tetapi tidak memiliki kualitas Jiwa dalam kehidupan yang mulia.

Jiwa adalah opened software alias 'program terbuka' dalam kehidupan seorang manusia. Jiwa bisa mengalami penurunan dan peningkatan kualitas. Ia bisa menjadi jelek dan jahat. Tapi, di lain waktu ia bisa berubah menjadi baik dan bermanfaat.

Di suatu waktu boleh jadi ia sangat hina, tapi di lain kesempatan ia bisa berubah menjadi demikian mulia. Semua itu bergantung pada proses pemrograman yang kita lakukan padanya.

QS. Asy Syam : 8 - 9
maka Allah mengilhamkan kepada Jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa itu,

Kalau kita ingin kualitas Jiwa kita jelek, maka masukkanlah program yang jelek-jelek ke dalam Jiwa, maka Jiwa kita pun bakal menjadi jelek dan jahat. Sebaliknya kalau kita ingin baik dan bermanfaat, maka masukkanlah program yang baik dan bermanfaat, Jiwa kita pun bakal baik dan bermanfaat.

Jiwa memiliki kecenderungan ke dua arah, yaitu baik dan buruk. Maka beruntunglah orang-orang yang mengisi Jiwanya dengan program yang baik-baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Kualitas Jiwa terus berkembang sesuai dengan pengalaman kita. Jiwa anak-anak berbeda dengan Jiwa remaja, berbeda dengan Jiwa seorang pemuda, dan berbeda lagi dengan Jiwa yang sudah dewasa.

QS. Al Hajj (22) : 5
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan. Tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampal pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

QS. An Nahl (16) : 78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.