Sunday, March 4, 2007

Posisi Ruh

Untuk mengetahui posisi Ruh, terlebih dahulu kita samakan persepsi tentang fungsinya. Bahwa fungsi Ruh adalah seperti Operating System dalam sebuah komputer atau robot. Ia sekaligus juga berfungsi sebagai ‘sumber kehidupan’.

Pada sebuah komputer atau robot, bayangkan ia memperoleh aliran listrik 'kehidupannya' dari sebuah sumber listrik bisa berupa baterai atau pembangkit listrik lainnya. Selain itu, di CPU (Central Processing Unit - otak komputernya) dimasukkan program dasar yang akan menjadi sistem beroperasi bagi seluruh kegiatan robot tesebut.

Dalam komputer generasi terakhir, hidup dan matinya (on off) komputer tidak harus dikendalikan secara manual dengan cara menancapkan ke colokan listrik. Tapi, bisa dikendalikan oleh program dasar tersebut secara otomatis. Jam berapa komputer harus hidup dan jam berapa ia harus mati, bisa dilakukan secara terprogram.

Begitulah kurang lebih keberadaan Ruh. Ruh adalah 'sosok' yang mengendalikan fungsi dasar kehidupan manusia dengan segala sifat-sifatnya. Sebagaimana komputer generasi terakhir, fungsi kehidupan dan sifat-sifat dasar kehidupan itu dikendalikan dari satu tempat yang sama. Lewat sebuah pemrograman yang sangat canggih dan kompleks, oleh keberadaan Ruh.

Sekali Ruh memasuki badan manusia, maka fungsi dasar kehidupan manusia sudah terhubung ke sistem Ilahiah. Bagaikan komputer sudah ditancapkan ke sumber listrik, dan secara otomatis masuk ke program Windows. Siap untuk dioperasikan dengan program aplikasi apa saja yang sesuai dengan Sistem Operasi tersebut.

Untuk mengetahui dimana Ruh seorang manusia berada, kita bisa mendeteksinya dari fungsi kehidupan yang diperankannya. Sebagaimana kita tahu, Salah satu fungsi utama dari keberadaan Ruh adalah memberikan fungsi kehidupan. Karena itu, kita bisa mendeteksi posisi Ruh itu dari fungsi kehidupan yang terjadi pada manusia. Dimana saja kita menemui fungsi kehidupan di dalam tubuh manusia, maka di situlah Ruh ada dan berperan.

Fungsi kehidupan dinyatakan ada, jika sesuatu itu menunjukkan di antaranya adalah terjadi pertumbuhan, perkembangan atau regenerasi, self maintanance yang berjalan dengan sendirinya.

Dimanakah kita melihat fungsi itu berjalan di tubuh kita? Bagian tubuh yang manakah di dalam diri kita yang menunjukkan fungsi kehidupan dasar tersebut? Ternyata di seluruh penjuru anggota badan kita. Yaitu, di unit kehidupan terkecil kita yang bernama sel.

Sel adalah bagian terkecil dari diri seorang manusia yang memiliki fungsi dasar kehidupan yang saya sebutkan di atas. Ia bisa berkembang biak, bertumbuh, regenerasi, dan memenuhi kebutuhannya secara self maintanance.

Seluruh organ tubuh seorang manusia terbangun dari sekumpulan sel. Ada sel-sel otot, sel-sel tulang, sel kulit, sel otak, sel darah, sel jantung, sel liver, sel rambut dan lain sebagainya.

Setiap sel berfungsi untuk memasok seluruh kebutuhan hidup jaringan di dalam organ tubuh tertentu. Sel melakukan fungsi-fungsi kehidupan seperti menyerap dan mengeluarkan oksigen, menyerap sari-sari makanan, dan membuang sampah-sampah yang tidak diperlukan. Termasuk memiliki mekanisme perlindungan terhadap zat-zat yang berbahaya bagi kelangsungan hidup sel.

Seluruh mekanisme kehidupan sel tersebut dikendalikan oleh sel itu sendiri berdasarkan perintah genetika yang terkandung di bagian inti sel. Kalau dicermati lebih jauh, mekanisme yang terjadi di dalam sel sangatlah canggih dan kompleks. Terorganisasi demikian rapinya, dan berjalan sangat disiplin mengikuti perintah perintah dari sebuah pusat komando yang sangat cerdas di dalam genetikanya.

Gen di dalam sebuah sel bisa diumpamakan sebagai pita panjang yang berpilin. Atau, bisa juga diumpamakan sebuah mata rantai panjang yang berisi kode-kode perintah tertentu. Setiap mata rantai itu memiliki kode yang berbeda-beda. Fungsinya untuk memberikan perintah kepada sel agar melakukan sesuatu yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel.

Di antaranya, sel harus membentuk jenis-jenis protein tertentu untuk berkembang biak atau regenerasi. Padahal, ada jutaan atau bahkan miliaran jenis protein yang mungkin dicetak oleh sel. Tapi, sel bisa melakukannya dengan tepat sesuai perintah yang datang kepadanya. Padahal, jika Salah memproduksi jenis protein, sangat boleh jadi sel itu akan keracunan oleh produknya sendiri.

Kalau digambarkan, proses pembuatan sebuah protein di dalam sel sangat mengagumkan. Proses itu bagaikan terjadi dalam sebuah pabrik kimia raksasa yang sangat canggih, dengan ketelitian mempesona.

Pertama-tama, sel menerima kiriman bahan-bahan mentah dari darah. Bahan-bahan mentah itu berasal dari makanan yang sudah dicema, diserap oleh darah dan kemudian diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh. Selain dari sari makanan, sel juga menerima pasokan bahan mentah berupa oksigen yang berasal dari pernafasan paru-paru.

Berbagai macam bahan mentah tersebut disortir oleh mekanisme di bagian luar sel, yang disebut membran atau kulit sel. Bahan-bahan yang tidak dikenal dan tidak dibutuhkan oleh sel tersebut 'tidak diperbolehkan' masuk ke dalam sel. Ditolak dan disuruh pergi, dibawa kembali oleh darah menuju bagian lain.

Sedangkan yang sesuai dengan kebutuhan sel itu akan dibawa masuk ke dalam sel oleh cairan yang disebut sitoplasma. Bahan-bahan mentah tersebut kemudian dibawa ke beberapa tempat di dalam sel yang berfungsi untuk memproduksi protein maupun energi. Di antaranya adalah mitokondria dan ribosom.

Pecahan-pecahan bahan mentah itu berupa molekul-molekul air, gula, asam amino, dan oksigen, yang intinya merupakan kombinasi dari atom-atom Carbon, Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Selain itu, sel juga membutuhkan atom-atom lain untuk kebutuhan proses-proses di dalam sel, seperti Na, D, Ca, K, Fe dan lain sebagainya bergantung jenis selnya.
Setelah tersedia bahan-bahan dasar tersebut, maka mulailah proses produksi protein oleh sel, dalam bentuk kombinasi atom-atom organik tersebut.

Protein adalah zat yang sangat dominan di dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Seperlima bagian tubuh manusia terdiri dari protein. Bagian terbesar adalah air.

Separo jumlah protein terdapat di otot, seperlimanya ada di tulang dan tulang rawan, sepersepuluhnya di kulit, dan selebihnya ada di jaringan-jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, adalah protein. Semua itu diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh kita.

Padahal, setiap jenis sel bertugas untuk memproduksi jenis protein yang berbeda-beda. Sel rambut berbeda dengan sel hati, berbeda dengan sel saraf, dan berbeda pula dengan sel darah, dan seterusnya.

Sel rambut misalnya, perlu memproduksi protein yang disebut Keratin. Protein ini juga terdapat di dalam sel-sel kuku. Pada sel darah (hemoglobin) terdapat protein albumin. Pada serat otot diperlukan protein Miosin. Jaringan ikat di seluruh tubuh memerlukan protein yang bernama Kolagen. Dan seterusnya.

Bagaimanakah sel-sel tersebut bisa memproduksi protein yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi selnya? Ternyata perintahnya muncul dari inti sel. Nggak tahu darimana asal mulanya, di dalam inti sel itu ada perintah-perintah (program atau software) yang menyuruh untuk membentuk protein-protein sesuai kebutuhan selnya.

Perintah itu berbentuk kode-kode protein juga, yang disebut sebagai DNA (Deoxyribo Nudeic Acid). Perintah itu diterjemahkan oleh jenis protein lain yang disebut sebagai RNA (Ribonudeic Acid). Berdasarkan perintah itulah 'mesin produksi' di dalam sel membuat protein-protein tertentu.

Benar tidaknya 'perintah', dilaksanakan bergantung kepada benar tidaknya 'mesin produksi' menyusun komponen-komponen protein, yang komposisinya bisa berjuta-juta kemungkinan. Salah langkah sekali saja, akan menyebabkan protein tersebut cacat dan tidak bisa digunakan atau malah bersifat racun bagi tubuh.

Demikian rumitnya, proses produksi yang berlangsung di dalam sel tersebut. Dan semua itu berlangsung di luar kesadaran si makhluk hidup yang bersangkutan. Kendalinya ada di dalam inti sel berupa program-program 'Operating System'

Dan bukan hanya di dalam sel, kerumitan dan kecanggihan itu berlangsung. Tapi juga terjadi dalam bentuk koordinasi, antar sel. Sebab, sejumlah sel akan berkoordinasi membentuk jaringan.

Jaringan kulit misalnya, terbentuk dari jutaan atau bahkan miliaran sel-sel kulit. Ada kulit ari di bagian paling luar tubuh. Ada juga kulit jangat di bagian bawahnya, lebih ke dalam. Siapakah yang memerintahkan sel-sel kulit itu bekerjasama sehingga terbentuk jaringan kulit yang melindungi tubuh kita dari sengatan matahari dan udara panas?

Jika masing-masing sel kulit itu tidak mau berkoordinasi membentuk jaringan, maka sungguh kita akan mengalami problem dalam kehidupan dan kesehatan kita. Atau, jika sel-sel kulit itu mengalami penyimpangan dalam memproduksi dirinya, kemudian berkembang biak tidak terkendali, maka manusia akan mengalami apa yang dinamakan kanker kulit.

Hal yang sama juga terjadi pada sel-sel darah. Di dalam setiap inti sel darah itu terdapat perintah-perintah dalam bentuk software yang menjadikan sel-sel darah berkembang biak menjadi sel darah merah, sel darah putih, plasma darah, dan berbagai macam komponennya, sehingga darah berfungsi normal.

Jika terjadi penyimpangan sedikit saja, maka kita bakal mengalami persoalan yang besar dalam kehidupan kita. Penderita kanker darah (leukimia) adalah salah satu contoh, dimana produksi sel-sel darahnya mengalami penyimpangan. Jumlah produksi darah putihnya lebih banyak dibandingkan dengan darah merahnya. Maka, penderitaan yang sangat besar menimpa orang-orang yang menderita leukimia.

Demikian pula sel-sel tulang, sel-sel otot, mata, hidung, telinga, jantung, liver, saraf-saraf, sampai ke otak. Semuanya berkembang secara terkendali oleh sebuah pusat komando yang ada di dalam sel-sel tersebut. Sistem komando itu semakin luas dan semakin meluas.

Dari miliaran sel berkoordinasi membentuk jaringan-jaringan. Dari berbagai macam jaringan membentuk organ-organ. Dari berbagai macam organ terbentuklah tubuh manusia. Seluruh tubuh manusia, kemudian membentuk suatu koordinasi yang luar biasa canggih dan rumit lewat koordinasi otak manusia dan sistem saraf.

Jadi, sistem komando di dalam tubuh manusia merupakan gabungan antara pusat komando di dalam miliaran sel-sel tubuhnya dengan pusat komando yang berada di otak dan sistem sarafnya. Kesempurnaan fungsi kehidupan seseorang ditentukan oleh kesempurnaan komando alias Software yang tersebar di miliaran sel sampai jaringan otaknya.

Nah, kini kita mulai memperoleh gambaran betapa badan kita dikendalikan oleh sebuah kekuatan software (pemrograman) yang demikian canggih. Software itu dominan di dalam tubuh kita, dan terbagi merata di seluruh penjuru tubuh kita mulai dari yang terkecil sampai yang paling besar. Dan uniknya, beroperasinya perintah-perintah itu di luar kesadaran kita. Ada suatu 'KECERDASAN' super hebat dan superteliti yang mengontrol langsung proses-proses komando itu dengan kedisplinan sangat tinggi.

Agaknya, keterlaluan kalau kita mengatakan bahwa seluruh proses itu terjadi dengan sendirinya. Apalagi terjadi secara kebetulan. Karena proses-proses itu berlangsung dengan ‘sangat cerdas’, dan bisa memilih proses-proses yang bermanfaat saja untuk kelangsungan hidup manusia.

Tidak ada pilihan lain bagi kita untuk mengatakan, bahwa seluruh software itu dikendalikan oleh DZAT YANG MAHA CERDAS. Yang telah dengan sengaja MENCIPTAKAN dan sekaligus MENGENDALIKAN makhlukNya. Dialah ALLAH RABBUL IZZATI.

'Sang Kecerdasan' itu mengendalikan hidup-matinya manusia lewat 'Program Komando' tersebut di dalam tubuh seseorang. Dia juga lewat program itu menjadikan seseorang sehat atau sakit berdasarkan sempurna atau tidaknya komando yang diberikan dalam proses reaksi sel-sel tubuhnya.

Dia juga yang mengendalikan manusia dalam berbagai aktivitas yang kontrolnya di luar kesadaran manusia, mulai dari jantung yang terus berdenyut, liver, usus, sistem saraf, sistem otak, sampai tertidur atau terjaganya seseorang. Semua itu terjadi dan terkontrol lewat fungsi Ruh yang ada di dalam diri seorang manusia. Ruh lah yang menjadi program komando itu.

Mudah-mudahan dengan uraian ringkas di atas kita bisa menangkap posisi Ruh di dalam diri seorang manusia. Bahwa, ternyata Ruh Nya telah 'menyebar' dan 'meresap' ke seluruh penjuru tubuh kita, sebagai satu kesatuan yang utuh.

Mulai dari bagian yang paling halus sampai bagian yang paling kasar. Dari bagian yang paling dalam sampai terluar. Bagian yang paling kelihatan sampai yang paling rahasia. Ruh Nya telah 'meliputi' dan 'merendam' seluruh eksistensi tubuh kita. Tidak ada bagian terkecil pun dari tubuh kita yang tidak terliputi oleh Ruh Nya. Dan tidak ada satu pun fungsi kehidupan yang tidak terkontrol oleh Ruh Nya.

QS As Sajdah (32) : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya RuhNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Di ayat yang berbeda Allah mengatakan bahwa Dia dan Ruh Nya berada lebih dekat kepada kita dari pada urat leher kita sendiri. Bayangkan, urat leher itu ada di dalam tubuh kita, Allah mengatakan bahwa Dia lebih dekat dari itu. Dan memang begitulah kondisinya.

Tentu saja Dia lebih dekat dari urat leher, lha wong seluruh proses dalam pembentukan urat leher itu sendiri dikendalikan oleh Allah lewat sel-sel pembentuk urat leher tersebut. Bahkan kalau kita mau memperhalus lagi keberadaanNya, seluruh partikel-partikel penyusun sel itu juga terkontrol oleh KekuasaanNya.

Namun, dalam kaitannya dengan posisi Ruh, kita kali ini membatasi diri pada komponen-komponen makhluk hidup saja. Dan bagian yang paling kecil dari kehidupan tersebut adalah sistem yang terdapat di dalam sel. Lebih kecil daripada sel, sudah bukan wilayah Ruh Manusia lagi, sebab ia sudah berupa benda mati. Sedangkan Ruh ditiupkan Nya kepada manusia sebagai makhluk hidup yang sempurna kejadiannya.

Ya, kesempurnaan kejadian merupakan Salah satu syarat ditiupkan RuhNya kepada makhluk hidup. Sehingga Allah tidak pernah dikabarkan meniupkan Ruh Nya kepada binatang, misalnya. Kenapa, karena tubuh binatang diciptakan oleh Allah tidak sesempurna tubuh manusia.

Infrastruktur yang ada di dalam tubuh binatang tidak memungkinkan fungsi Ruh berjalan dengan sempurna di dalamnya. Binatang hanya memperoleh sebagian kecil dari sifat-sifat Allah yang 'tergambar' dalam Ruh-Nya,. dala'm skala makhluk.

Namun demikian, potensi 'hidup' binatang juga Hayyat ('Hidup'). Dalam terimbas dari sifat-sifat Allah , skala yang jauh dari kesempurnaan seorang manusia. Maka potensi kehidupan yang 'ditiupkan' kepada binatang itu tidak bisa menimbulkan potensi akal budi dalam dirinya. Paling tinggi, hanya sebatas insting atau naluri belaka. Sifat-sifat Allah tidak mengimbas secara komplet pada diri binatang, sebagaimana terjadi pada manusia. Dan karena itu tidak disebut sebagai Ruh Nya.

Demikian pula pada tumbuhan. Potensi kehidupan Ruh mengimbas kepadanya dalam skala yang lebih kecil lagi, disebabkan oleh infrastuktur badannya yang tidak sempurna. Bahkan, kesempurnaannya jauh di bawah binatang.

Sebagimana saya kutipkan di depan, bahwa Ruh hanya ditiupkan Allah kepada makhluk yang infrastrukturnya sempurna. Itu diulang berkali-kali dalam firman yang berbeda. Di antaranya QS. Hijr (15) : 29 dan Shaad (38) : 72. Di bawah. ini Allah beffirman dalam Salah satu ayatNya, tentang kesempurnaan manusia.

QS. Israa (17) : 70.
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

2. Posisi Jiwa
Mudah-mudahan kita telah memiliki persepsi yang agak jelas tentang Ruh. Tentu saja, masih begitu banyak rahasia yang tersimpan di dalam Ruh, terutama berkaitan dengan dzatnya. Dan ini, memang telah diinformasikan Allah kepada kita lewat firmanNya, berikut ini.

QS. Al Israa' (17) : 85
Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Tapi, sedikitnya ilmu Allah sudah demikian banyaknya buat kita. Dan, Allah tidak pernah secara tegas dan mutlak melarang kita untuk mempelajari esensi Ruh itu. Hanya diberi catatan saja, bahwa apa yang kita ketahui tentang Ruh itu hanya sebagian kecil saja dari esensi Ruh yang sangat misterius.

Informasi tentang Jiwa lebih banyak lagi bisa kita dapatkan di dalam Al-Qur’an. Posisi Jiwa di dalam tubuh manusia agak berbeda dengan posisi Ruh. Meskipun ada kemiripan tertentu yang seringkali membuat kita rancu dalam memahaminya.

Dalam analogi komputer atau robot, Ruh dan Jiwa adalah sama-sama software (program perangkat lunak). Hanya bedanya, Ruh adalah Program Dasar yang berkaitan dengan Sistem Operasinya (Operating System), sedangkan Jiwa adalah program aplikasi. Kedua-duanya ada di dalam otak komputer. Tapi berada pada sektor atau lokasi yang berbeda.

Perbedaan lainnya lagi, Operating System bertumpu dan saling mempengaruhi dengan infra struktur komputer. Sedangkan program. aplikasi justru bersandar kepada Operating System tersebut.

Demikian pula Ruh dan Jiwa. Ruh memiliki skala yang jauh lebih luas daripada Jiwa. Wilayah cakupan Ruh meluas sampai kepada seluruh jaringan infrastruktur dalam tubuh manusia. Sampai pada unit terkecil dari kehidupan, yaitu sel. Kemudian, berdasar infrastruktur itu Ruh bekerja dengan software nya yang canggih untuk mengatur fungsi dasar kehidupan.

Sedangkan Jiwa adalah 'program aplikasi' yang bekerja pada sistem kerja Ruh. Jadi, jika Ruh tidak berfungsi, Jiwa juga tidak bisa berfungsi. Tapi, sebaliknya, kalau Jiwa tidak bekerja, Ruh. masih tetap bisa bekerja.

Kalau diurutkan tingkatan pengaruhnya, adalah sebagai berikut. Ruh adalah yang memiliki pengaruh paling besar, karena ia berpengaruh terhadap kerja Jiwa dan badan sekaligus. Jika Ruh tidak berfungsi, maka badan dan Jiwa juga tidak berfungsi. Keduanya tidak hidup, alias mati.

Urutan kedua adalah Jiwa. Jiwa memiliki pengaruh terhadap badan. Tapi tidak memiliki pengaruh terhadap Ruh. Justru ia terpengaruh oleh fungsi kerja Ruh. Namun, pengaruh Jiwa terhadap badan tidaklah mutlak sebagaimana Ruh.

Ketika Jiwa kita kuat, maka badan akan ikut bertambah kuat. Dan jika Jiwa kita lemah, badan kita juga akan ikut melemah. Tapi melemahnya badan itu tidak sampai nol, melainkan sampai pada fungsi dasarnya yang menjadi wilayah kekuasaan Ruh.

Misalnya, Jiwa yang. melemah menyebabkan seseorang menjadi pingsan. Ketika pingsan itu pengaruh Jiwa menjadi nol, tapi badan tidak mati, karena masih ada fungsi Ruh yang bekerja pada badan.

Jiwa juga bisa keluar masuk (on off) ke badan kita, sepanjang Ruh masih bekerja pada keduanya. Ini mirip dengan kerja komputer. Program aplikasi bisa berjalan atau tidak, ketika operating system nya bekerja. Kalau program aplikasi tidak dijalankan, komputer akan standby pada sistem operasinya saja. Tidak berguna memang, tapi tetap hidup (on). Komputer baru berguna kembali kalau dioperasikan pada program aplikasinya.

Manusia juga menjadi 'tidak berguna'. Ketika fungsi Jiwanya tidak berjalan, meskipun ia belum mati. Mungkin ia berada dalam keadaan tidur, pingsan atau koma. Dalam kondisi demikian, manusia tidak dimintai pertanggung jawaban apa pun, sebab fungsi Jiwanya tidak berjalan.

Orang gila juga digolongkan sebagai orang yang kehilangan fungsi Jiwanya tidak dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya. Bagaikan komputer yang program aplikasinya kacau kena virus misalnya. Maka, kerja komputer itu pun tidak bisa dipertangung jawabkan.

Dimanakah pusat pengendalian program aplikasi pada komputer? Berada di otaknya Central Processing Unit, CPU. Dimanakah pusat pengendalian jiwa berada? Juga ada di otak seorang manusia. ‘Program-program aplikasi’ dalam Jiwa manusia ditempatkan di sektor-sektor tertentu dalam otaknya.

Kerusakan program aplikasi itu tergantung kepada dua hal. Yaitu, kerusakan pada sektornya (bad sector), dan kerusakan pada susunan programnya.

Demikian pula pada manusia. Jika seseorang mengalami kerusakan sel otak, maka orang itu juga akan mengalami gangguan atau bahkan kerusakan pada Jiwanya. Di lain pihak, kerusakan Jiwa juga bakal terjadi jika susunan program (kandungan perintah di Softwarenya) mengalami kekacauan. Pembahasan lebih jauh, akan kita lakukan pada bagian-bagian berikutnya.

Pada kesempatan ini saya cuma ingin menyampaikan sepenggal kesimpulan, bahwa posisi Jiwa berpusat di otak kita pada sektor-sektor yang berbeda dengan Ruh. Tapi, sebagaimana Ruh, pengaruh Jiwa juga menyebar sampai ke seluruh penjuru badan kita. Hanya saja, lebih dominan di wilayah sadar. Sedangkan Ruh berpengaruh lebih luas sampai ke wilayah bawah sadar.

Ketika berada dalam kondisi sadar, Jiwa berpengaruh pada seluruh aktivitas kita. Tapi, begitu kesadaran kita hilang, maka kendalinya bergeser ke peranan Ruh. Jiwa masih tetap ‘hidup’, badan juga masih tetap 'hidup'. tetapi keduanya tidak saling mempengaruhi satu sama lain, sebagaimana difirmankan Allah dalam QS. Az Zumar (39) : 42.