Pertanyaan yang sangat mendasar tentang Jiwa dan Ruh adalah posisi keberadaannya. Dimanakah Jiwa dan Ruh berada? Di sekitar kita banyak pendapat yang menggambarkan tentang posisi Jiwa dan Ruh tersebut.
Ada yang menggambarkan lepasnya Ruh dan Jiwa dari ubun-ubun. Kadang digambarkan sebagai seberkas sinar yang terlepas dari puncak kepala seseorang. Dalam hal ini, Jiwa dan Ruh digambarkan sangat dekat posisinya dengan otak manusia.
Namun, ada juga yang menggambarkan Jiwa dan Ruh adalah sosok yang bentuknya persis sama dengan badan seseorang. Jiwa dan Ruh (dalam hal ini dipersepsi sebagai satu sosok saja) digambarkan berbentuk seperti badan manusia, tapi tidak kelihatan. Ia punya tangan, kaki, kepala, dan seluruh anggota badan. Tapi bukan badan kasar. Ia disebut juga badan halus. Maka, ketika Jiwa dan Ruh seseorang dicabut dari badannya, digambarkan sebagai terlepasnya sosok badan halus dari badan kasarnya. Badan halus itu lantas melayang ke langit.
Di beberapa cerita klasik dan tradisional, ada juga yang menggambarkan bahwa Jiwa dan Ruh manusia itu bagaikan seekor burung berwarna hijau yang terbang ke sana kemari di dalam Surga. Dan sebagainya, masih banyak lagi gambaran-gambaran tentang keberadaan Jiwa dan Ruh.
Untuk membahasnya lebih jauh, saya kira kita harus bersepakat terlebih dahulu bahwa Jiwa dan Ruh adalah sosok yang berbeda, sebagaimana telah kita bahas di depan.
Ada yang menggambarkan lepasnya Ruh dan Jiwa dari ubun-ubun. Kadang digambarkan sebagai seberkas sinar yang terlepas dari puncak kepala seseorang. Dalam hal ini, Jiwa dan Ruh digambarkan sangat dekat posisinya dengan otak manusia.
Namun, ada juga yang menggambarkan Jiwa dan Ruh adalah sosok yang bentuknya persis sama dengan badan seseorang. Jiwa dan Ruh (dalam hal ini dipersepsi sebagai satu sosok saja) digambarkan berbentuk seperti badan manusia, tapi tidak kelihatan. Ia punya tangan, kaki, kepala, dan seluruh anggota badan. Tapi bukan badan kasar. Ia disebut juga badan halus. Maka, ketika Jiwa dan Ruh seseorang dicabut dari badannya, digambarkan sebagai terlepasnya sosok badan halus dari badan kasarnya. Badan halus itu lantas melayang ke langit.
Di beberapa cerita klasik dan tradisional, ada juga yang menggambarkan bahwa Jiwa dan Ruh manusia itu bagaikan seekor burung berwarna hijau yang terbang ke sana kemari di dalam Surga. Dan sebagainya, masih banyak lagi gambaran-gambaran tentang keberadaan Jiwa dan Ruh.
Untuk membahasnya lebih jauh, saya kira kita harus bersepakat terlebih dahulu bahwa Jiwa dan Ruh adalah sosok yang berbeda, sebagaimana telah kita bahas di depan.