Sunday, March 4, 2007

Hipnotisme

Masih terkait dengan kekuatan Otak dan Jiwa yang memancarkan energi secara langsung itu, saya kira menarik untuk membicarakan hipnotisme. Kebetulan, ketika sedang dalam proses penulisan ini, di sebuah stasiun televisi ada tayangan acara hipnotisme. Pemain utamanya adalah Romy Rafael.

Apa yang dia sajikan, saya kira sangat menarik untuk kita simak, karena memberikan contoh secara langsung apa yang saya maksudkan dengan kekuatan otak alias Jiwa seseorang.

Romy dengan sangat piawai menunjukkan kekuatan Jiwanya lewat hipnotis. Setiap kali akan menghipnotis seseorang, dia selalu meminta orang itu untuk berproses ke arah tidur. Saat itulah, gelombang otak seseorang menurun dari gelombang Beta (di atas 13 Hz) menuju gelombang Alfa (8-13 Hz), lantas menjadi gelombang Teta (4-7 Hz) atau bahkan lebih rendah lagi menuju gelombang Delta (0,5 - 3,5 Hz).

Seiring dengan itu, kesadaran seseorang mengalami penurunan terus. Dan, pengaruh luar akan menjadi kekuatan yang bisa mendominasi mekanisme otak seseorang. Apalagi, jika pengaruh luar itu begitu kuat dan terlatih seperti Romy Rafael. Tiba-tiba ia bisa 'membajak pikiran' si korban hipnotisme tersebut. Dan, mengendalikan bawah sadarnya, mengikuti segala perintah yang 'dikirimkan' oleh Romy secara radiasi.

Alam bawah sadar berada di dalam sistem limbik otak kita. Ia bekerja tidak berdasarkan rasio atau lewat Hippocampus, melainkan lewat amygdala secara emosional, dan kemudian masuk ke dalam memori bawah sadar.

Dari sinilah persepsi orang yang terhipnotis itu terjadi. Alam bawah sadarnya telah bisa dikontrol oleh gelombang otak yang dipancarkan Romy. Maka, apa saja yang diperintahkan oleh Romy tidak bisa dilawan oleh rasionya.

Alam bawah sadar tidak mengenal baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Berbeda dengan rasio yang bekerja berdasarkan mekanisme 'membandingkan' dengan suatu sistem nilai tertentu. Memori 'Bawah Sadar' hanya bersifat menerima informasi apa adanya.

Ini mirip dengan mekanisme munculnya emosi yang juga lewat amygdala. Seseorang yang sedang emosi tidak pernah berpikir apakah emosinya itu merugikan atau menguntungkan, baik atau buruk. Karena amygdala memang bukan bekerja berdasarkan rasio (hippocampus). Ia bekerja berdasarkan yang ia mau.

Karena itu, orang yang sedang dilanda emosi tinggi dikatakan sedang dalam keadaan tidak sadar. "Dia sedang tidak sadar. Dia masih emosional." Demikianlah kata orang-orang di sekitar kita.

Ketika pengaruh amygdala-nya sudah turun, dan kemudian hippocampus nya berfungsi lagi orang tersebut akan menjadi sadar. Dan sistem limbik pun bekerja secara seimbang kembali, antara emosi dan rasionya.

Kembali kepada orang yang sedang dihipnotis, rasionya tidak jalan. Seluruh tingkah lakunya, pada waktu itu, dikontrol dan 'dibajak' oleh amygdala. Dan amygdalanya dikontrol oleh memori bawah sadar yang sudah dikuasai oleh Romy.

Karena itu, orang yang sedang dihipnotis mau melakukan apa saja, meskipun kadang hal-hal yang memalukan. Persepsi yang berfungsi bukan lagi persepsinya selama ini, melainkan persepsi yang ditanamkan oleh penghipnotis. Ada yang mau menirukan tingkah laku binatang, ada yang merayu alat pembersih lantai seakan-akan ia wanita, ada yang berjoget ala india tanpa disadarinya, ada yang ketakutan seperti dikejar macan, dan lain sebagainya.

Bahkan, ketika dihipnotis itu, seseorang bisa melupakan rasa sakit pada badannya. Karena itu, dulu sebelum obat bius ditemukan, pembiusan untuk tujuan operasi pembedahan dilakukan dengan menghipnotis si pasien. Ia bakal kehilangan rasa sakitnya lewat mekanisme hipnotisme.

Intinya, hipnotis mampu 'merebut' fungsi otak sadar seseorang menjadi dikendalikan oleh mekanisme bawah sadarnya. Dia masih bisa menggunakan matanya, pendengarannya, dan seluruh panca indera serta organ-organ lainnya, tapi persepsi dan imajinasinya dikendalikan oleh memori bawah sadar, yang dipengaruhi dari luar dirinya.

Mekanisme ini juga mirip dengan mekanisme orang kesurupan. Ketika kondisi kesadaran seseorang mulai menurun seiring dengan turunnya mekanisme rasionalnya, maka alam bawah sadarnya bisa dibajak oleh kekuatan lain, lewat mekanisme amygdala.

Orang kesurupan, bisa dikatakan sedang 'dihipnotis' oleh jin. Dia bisa melakukan apa saja, yang diperintahkan oleh si jin kepadanya. Meskipun itu hal-hal yang memalukan atau sesuatu yang di luar akal warasnya. Bahkan terkadang, orang yang kesurupan itu memiliki kekuatan di luar sewajarnya. Semua itu sebenarnya adalah kekuatan bawah sadarnya sendiri yang telah dikuasai oleh 'gelombang' lain dari luar sistem otak sadarnya.

Kekuatan semacam itu memang bisa muncul dari alam bawah sadar seseorang, meskipun ia tidak sedang kesurupan. Contohnya, orang yang lari ketakutan dikejar anjing. Tiba-tiba saja ia bisa melompati sungai yang lebar atau tembok yang tinggi untuk menghindari kejaran anjing. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi ketika dia sedang dalam kondisi sadar.

Artinya, dalam diri manusia ada suatu kekuatan atau energi yang besar, yang dikontrol oleh alam bawah sadarnya. Semua itu tersimpan di dalam struktur otak. Dan lebih istimewa lagi, di balik otak itulah keberadaan Jiwa.

Kehebatan otak kita juga telah ditunjukkan oleh kejadian hinoptisme lainnya. Suatu ketika, Romy meminta seorang wanita untuk menebak lembaran yang disobek dari sebuah buku kamus miliknya.

Awalnya, si wanita yang sudah dihipnotis itu disuruh membuka lembaran-lembaran kamus itu secara sepintas. Setelah itu, ia 'ditidurkan' oleh Romy. Di lain pihak ada seseorang yang disuruh merobek Salah satu lembaran yang ada di dalam buku tersebut. Kemudian disuruh menyimpannya tanpa mengetahui nomer halaman yang sobek.

Setelah itu, si wanita pemilik diskusi tersebut 'dibangunkan', dan disuruh untuk menebak nomer halaman buku yang dirobek. Dan ternyata, dia bisa menebak dengan tepat meskipun hanya melihat buku secara sepintas!

Ini menunjukkan, bahwa otak kita sebenarnya bisa melakukan monitoring dan scanning terhadap kejadian di sekitarnya secara radiasi elektromagnetik. Tidak hanya lewat sensor panca indera.

Meskipun sedang memejamkan mata atau menutup telinga, seseorang sebenarnya tetap memperoleh informasi dari sekitarnya lewat pancaran gelombang elektromagnetik yang masuk ke otaknya lewat sistem indera ke enamnya...