Setelah Ramadhan berlalu, bagaimanakah kita mesti menjaga 'hasil' puasa kita. Cara yang paling 'dekat' adalah dengan tetap berpuasa. Akan tetapi, bukankah Rasulullah saw melarang kita untuk berpuasa terus menerus yang tiada terputus, sepanjang tahun?
Karena itu, puasa sunnah adalah jalan keluar yang paling baik. Ini dimaksudkan untuk memenuhi 'anjuran, Allah agar kita 'sering' berpuasa: "Dan berpuasa adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" Sebagaimana difirmankan dalam QS. Al Baqarah (2):184.
Maka, seusai puasa Ramadhan kita dianjurkan untuk menyempurnakan puasa Ramadhan kita dengan puasa Syawal. Ini adalah salah satu upaya agar 'kemenangan' kita mengendalikan hawa nafsu tidak segera sirna, justru ketika kita baru saja meninggalkan bulan Ramadhan.
Kalau dilihat dari efektivitasnya, maka ada beberapa jenis puasa yang bisa dilakukan, mulai dari puasa Daud, puasa Senin Kamis, puasa tengah bulan, dan beberapa puasa, sunah lainnya di bulan Dzulhijjah, Rajab, Muharram, dan lain sebagainya. Intinya, berpuasa adalah lebih baik bagi kita, karena di dalamnya terkandung banyak manfaat.
Orang yang sering berpuasa akan selalu dalam kondisi terbaiknya. Sebab puasa adalah proses penyeimbangan kembali terhadap kondisi badan. Katakanlah seseorang yang berpuasa Daud. Bisa kita bayangkan kondisinya akan sangat terjaga, karena ia sehari puasa, dan sehari berikutnya tidak.
Jadi, kalau digambarkan, seseorang yang berpuasa Daud, ibaratnya sehari membebani badannya, dan sehari kemudian diseimbangkan kembali.
Telah kita bahas di depan bahwa orang yang tidak berpuasa ternyata justru sedang memberikan beban kepada tubuhnya. Apalagi kalau pola makan dan pola hidupnya jelek. Katakanlah, ketika sarapan ia makan berat, siangnya makan besar, dan malamnya makan banyak.
Maka, badannya bakal mengalami tekanan alias stress diakibatkan oleh pekerjaan mencema yang berlebihan. Sehingga, proses pembakaran (metabolisme) dan pembuangan sampah-sampahnya tidak bisa berjalan maksimal. Yang terjadi, justru, adalah penumpukan racun di dalam tubuhnya. Apalagi jika jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya berlebihan serta tidak dalam komposisi yang baik.
Pada 'case' orang yang berpuasa Daud, maka 'beban' yang terjadi sehari sebelumnya itu akan dinetralkan pada sehari sesudahnya. Pada saat berpuasa, itulah ia akan menggelontorkan kembali racun-racun yang menumpuk di dalam badannya pada saat tidak berpuasa.
Jadi sungguh efektif sekali penyeimbangan yang terjadi pada orang yang melakukan puasa Daud. Dan itu bukan hanya pada problem lahiriyahnya saja, melainkan juga pada penyeimbangan kejiwaannya. Stress yang dia alami secara kejiwaan juga bakal mengalami 'pengendoran' saat ia berpuasa.
Kenapa demikian? Karena berpuasa bukanlah sekedar aktivitas badan, melainkan juga aktivitas batin. Seluruh sikap, batin kita mulai dari niat motivasi, semangat, kesabaran, keikhlasan, dan ketawakalan, sepenuhnya kita orientasikan kepada Allah semata. Ini adalah proses penyeimbangan jiwa yang sangat efektif.
Orang yang bisa berlaku demikian terus-menerus, bakal tidak pernah mengalami stress dalam skala yang serius. Paling banter cuma cemas. Dan cemas itu adalah kondisi yang justru dibutuhkan untuk membangun motivasi agar maju. Karena kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang berkait dengan harapan untuk maju.
Efek Puasa Daud lebih baik lagi dari yang saya jelaskan di atas, karena sesungguhnya suasana puasa itu bakal mempengaruhi hari-hari kita secara berkelanjutan. Meskipun pada hari yang kita tidak sedang berpuasa, kita seakan-akan masih dalam suasana puasa seperti hari sebelumnya. Biasanya, pola makan dan pola hidup kita terbawa oleh suasana puasa. Yaitu, tidak terlalu berlebihan dan selalu terkontrol. Ini sungguh sangat baik dampaknya.
Namun, jika karena sesuatu hal kita tidak bisa berpuasa Daud, maka puasa Senin Kamis adalah pilihan yang baik. Jika pada puasa, Daud, kondisi badan kita selalu diseimbangkan secara kontinu dua hari sekali, maka pada puasa Senin Kamis, penyeimbangan itu teladi 3-4 hari sekali.
Selasa dan Rabu tidak puasa badan mengalami pembebanan, lantas dinetralkan kembali pada hari Kamis. Setelah itu, Jum'at, Sabtu, Minggu dibebani lagi, kemudian diseimbangkan pada hari Senin. Begitu seterusnya. Badan akan selalu diberi tenggang waktu untuk melakukan rehabilitasi secara alamiah terhadap, kondisi kesehatannya, lahir dan batin.
Ada juga yang menggabungkan puasa Senin Kamis ini dengan puasa tengah bulan yaitu tanggal 13,14 dan 15 setiap bulannya. Sehingga, jumlah hari puasa, di dalam satu bulan itu lebih banyak dibandingkan hanya dengan puasa Senin Kamis saja. Itu akan lebih baik dampaknya.
Jika karena sesuatu hal, Senin Kamis juga sulit untuk dilakukan, maka pilihan terhadap puasa 3 hari setiap bulan di tanggal 13, 14 dan 15 juga cukup baik. Setidak-tidaknya terjadi penyeimbangan rutin alias berkala dalam 1 bulan, selama 3 hari itu. Puasa 3 hari dalam sebulan itu pun sudah cukup efektif untuk memberikan jeda bagi aktivitas badan yang kadang terlalu berlebihan selama sebulan.
Dan yang lebih jarang lagi, adalah puasa pada hari-hari tertentu saja, misalnya pada bulan Muharram, dalam rangka menyambut tahun baru Islam. Atau menyambut datangnya hari raya haji pada bulan Dzulhijjah. Ataupun pada saat bulan Rajab dan Sya'ban untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dan kemudian di bulan Syawal, seusai puasa Ramadhan. Semua itu baik, karena pada prinsipnya memenuhi anjuran Allah bahwa ‘berpuasa’ itu sebenarnya lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui"
Karena itu, puasa sunnah adalah jalan keluar yang paling baik. Ini dimaksudkan untuk memenuhi 'anjuran, Allah agar kita 'sering' berpuasa: "Dan berpuasa adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" Sebagaimana difirmankan dalam QS. Al Baqarah (2):184.
Maka, seusai puasa Ramadhan kita dianjurkan untuk menyempurnakan puasa Ramadhan kita dengan puasa Syawal. Ini adalah salah satu upaya agar 'kemenangan' kita mengendalikan hawa nafsu tidak segera sirna, justru ketika kita baru saja meninggalkan bulan Ramadhan.
Kalau dilihat dari efektivitasnya, maka ada beberapa jenis puasa yang bisa dilakukan, mulai dari puasa Daud, puasa Senin Kamis, puasa tengah bulan, dan beberapa puasa, sunah lainnya di bulan Dzulhijjah, Rajab, Muharram, dan lain sebagainya. Intinya, berpuasa adalah lebih baik bagi kita, karena di dalamnya terkandung banyak manfaat.
Orang yang sering berpuasa akan selalu dalam kondisi terbaiknya. Sebab puasa adalah proses penyeimbangan kembali terhadap kondisi badan. Katakanlah seseorang yang berpuasa Daud. Bisa kita bayangkan kondisinya akan sangat terjaga, karena ia sehari puasa, dan sehari berikutnya tidak.
Jadi, kalau digambarkan, seseorang yang berpuasa Daud, ibaratnya sehari membebani badannya, dan sehari kemudian diseimbangkan kembali.
Telah kita bahas di depan bahwa orang yang tidak berpuasa ternyata justru sedang memberikan beban kepada tubuhnya. Apalagi kalau pola makan dan pola hidupnya jelek. Katakanlah, ketika sarapan ia makan berat, siangnya makan besar, dan malamnya makan banyak.
Maka, badannya bakal mengalami tekanan alias stress diakibatkan oleh pekerjaan mencema yang berlebihan. Sehingga, proses pembakaran (metabolisme) dan pembuangan sampah-sampahnya tidak bisa berjalan maksimal. Yang terjadi, justru, adalah penumpukan racun di dalam tubuhnya. Apalagi jika jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya berlebihan serta tidak dalam komposisi yang baik.
Pada 'case' orang yang berpuasa Daud, maka 'beban' yang terjadi sehari sebelumnya itu akan dinetralkan pada sehari sesudahnya. Pada saat berpuasa, itulah ia akan menggelontorkan kembali racun-racun yang menumpuk di dalam badannya pada saat tidak berpuasa.
Jadi sungguh efektif sekali penyeimbangan yang terjadi pada orang yang melakukan puasa Daud. Dan itu bukan hanya pada problem lahiriyahnya saja, melainkan juga pada penyeimbangan kejiwaannya. Stress yang dia alami secara kejiwaan juga bakal mengalami 'pengendoran' saat ia berpuasa.
Kenapa demikian? Karena berpuasa bukanlah sekedar aktivitas badan, melainkan juga aktivitas batin. Seluruh sikap, batin kita mulai dari niat motivasi, semangat, kesabaran, keikhlasan, dan ketawakalan, sepenuhnya kita orientasikan kepada Allah semata. Ini adalah proses penyeimbangan jiwa yang sangat efektif.
Orang yang bisa berlaku demikian terus-menerus, bakal tidak pernah mengalami stress dalam skala yang serius. Paling banter cuma cemas. Dan cemas itu adalah kondisi yang justru dibutuhkan untuk membangun motivasi agar maju. Karena kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang berkait dengan harapan untuk maju.
Efek Puasa Daud lebih baik lagi dari yang saya jelaskan di atas, karena sesungguhnya suasana puasa itu bakal mempengaruhi hari-hari kita secara berkelanjutan. Meskipun pada hari yang kita tidak sedang berpuasa, kita seakan-akan masih dalam suasana puasa seperti hari sebelumnya. Biasanya, pola makan dan pola hidup kita terbawa oleh suasana puasa. Yaitu, tidak terlalu berlebihan dan selalu terkontrol. Ini sungguh sangat baik dampaknya.
Namun, jika karena sesuatu hal kita tidak bisa berpuasa Daud, maka puasa Senin Kamis adalah pilihan yang baik. Jika pada puasa, Daud, kondisi badan kita selalu diseimbangkan secara kontinu dua hari sekali, maka pada puasa Senin Kamis, penyeimbangan itu teladi 3-4 hari sekali.
Selasa dan Rabu tidak puasa badan mengalami pembebanan, lantas dinetralkan kembali pada hari Kamis. Setelah itu, Jum'at, Sabtu, Minggu dibebani lagi, kemudian diseimbangkan pada hari Senin. Begitu seterusnya. Badan akan selalu diberi tenggang waktu untuk melakukan rehabilitasi secara alamiah terhadap, kondisi kesehatannya, lahir dan batin.
Ada juga yang menggabungkan puasa Senin Kamis ini dengan puasa tengah bulan yaitu tanggal 13,14 dan 15 setiap bulannya. Sehingga, jumlah hari puasa, di dalam satu bulan itu lebih banyak dibandingkan hanya dengan puasa Senin Kamis saja. Itu akan lebih baik dampaknya.
Jika karena sesuatu hal, Senin Kamis juga sulit untuk dilakukan, maka pilihan terhadap puasa 3 hari setiap bulan di tanggal 13, 14 dan 15 juga cukup baik. Setidak-tidaknya terjadi penyeimbangan rutin alias berkala dalam 1 bulan, selama 3 hari itu. Puasa 3 hari dalam sebulan itu pun sudah cukup efektif untuk memberikan jeda bagi aktivitas badan yang kadang terlalu berlebihan selama sebulan.
Dan yang lebih jarang lagi, adalah puasa pada hari-hari tertentu saja, misalnya pada bulan Muharram, dalam rangka menyambut tahun baru Islam. Atau menyambut datangnya hari raya haji pada bulan Dzulhijjah. Ataupun pada saat bulan Rajab dan Sya'ban untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dan kemudian di bulan Syawal, seusai puasa Ramadhan. Semua itu baik, karena pada prinsipnya memenuhi anjuran Allah bahwa ‘berpuasa’ itu sebenarnya lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui"