Friday, March 2, 2007

Bersholat Dalam Makna



Kebanyakan kita shalat secara hafalan. Sangat jarang yang melakukan shalat dengan memahami maknanya Padahal kunci kekhusyukan shalat adalah kefahaman tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan. Maka, mau tidak mau kita harus menggunakan akal untuk memahami makna shalat kita.

Jika tidak, maka hal yang menimpa laki-laki yang pernah disuruh Rasul mengulangi shalatnya sampai 3 kali bakal menimpa kita. Artinya, shalat kita ternyata tidak memiliki makna apa-apa. Dan dianggap belum melaksanakan shalat. Tentu, shalat yang demikian, bukanlah seperti yang diharapkan Rasulullah saw. Apalagi, kalau kita ingin ketemu Allah, tentu sangatlah jauh. Karena itu, marilah kita mulai berusaha untuk memaknai setiap shalat kita.

Secara umum, makna shalat kita ada 2, yaitu 'berdzikir' dan 'berdo'a'. Maka, sebelum kita memulai shalat, kita harus sudah membangun suasana hati, bahwa shalat itu bertujuan untuk 'berdzikir' dan 'berdo'a'.

1. Shalat sebagai Dzikir kepada Allah

Untuk apakah berdzikir? Fungsinya adalah agar kita ‘ingat’ terus dengan Allah. Untuk apa 'ingat' sama Allah? Agar setiap 'langkah kehidupan' kita bermakna laa ilaaha illaallaah. Kenapa mesti laa ilaaha illallah? Disinilah proses keimanan berperan penting! Orang yang tidak menggunakan akalnya tidak akan bisa menemukan jawabnya.

Proses keimanan yang baik adalah seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim. Beliau beriman kepada Allah bukan karena memperoleh warisan dari orang tuanya, atau gurunya. beliau memperolehnya dengan cara 'bereksperimen': mencari ‘SESUATU’ yang layak dianggap sebagai Tuhan.

Maka, Allah mengabadikan catatan sejarah 'pencarian' Ibrahim itu di dalam al Qur'an. Dan kita semua umat muhammad disuruhNya untuk meneladani beliau. Dan bahkan, kemudian menjadikan do'a Ibrahim itu sebagai salah satu do'a yang kita baca di dalam shalat kita setiap hari.

(Baca rentetan ayat berikut ini. Dan, perhatikan bagian terakhir, yaitu di ayat 79. Do’a tersebut diabadikan sebagai do'a iftitah dalam shalat yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita.)

QS. Al An'aam (6): 74 - 79
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar. "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".

"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan Bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. "

"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".

"Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”

"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan Bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."

Dari pencariannya itulah Ibrahim akhirnya memperoleh kesimpulan yang sangat mendasar, bahwa kehidupan kita ini harus berorientasi kepada satu tujuan saja, yaitu Allah. Kenapa demikian? Karena ternyata segala sesuatu yang selain DIA hanya semu belaka. Semuanya akan musnah dan binasa kecuali Allah saja.

QS. Qashaash (28): 88
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada Nyalah kamu dikembalikan."

Kesimpulan itulah yang merasuk ke dalam jiwa Nabi Ibrahim, sehingga beliau memiliki keteguhan iman yang luar biasa. Tidak bisa digoyahkan, meskipun diperintahkan untuk mengorbankan anak yang dicintainya, Ismail. Maka, Allah lantas memerintahkan kepada kita semua untuk mengikuti cara-cara Ibrahim di dalam beragama, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.

QS. An Nisaa'(4): 125
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya."

Segala yang kita miliki dan kita bangga-banggakan bakal lenyap. Harta yang bertumpuk, kekuasaan, penampilan diri, dan berbagai kecintaan pada Dunia bakal berakhir seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi Allah tidak. Itulah sebagian dari makna laa ilaaha illallah.

Karena itu, semua tujuan hidup mesti kita arahkan kepada Allah saja. Dialah yang memiliki segala kebahagiaan Dunia dan kebahagiaan Akhirat. Maka, jika Dia berkehendak, segalanya bisa terjadi untuk kebahagiaan kita di Dunia dan Akhirat nanti.

Inilah yang dimaksudkan dengan berdzikir kepada Allah. Bukan sekedar ingat Allah, dengan tidak jelas jluntrungannya, melainkan ingat dalam arti laa ilaaha illallah. Ingat bahwa seluruh eksistensi ini hanya milik Allah belaka.

Bahwa Allah lah yang layak mengisi ingatan kita setiap saat setiap waktu. (Secara lebih detil akan saya uraikan pada pembahasan secara terpisah). Itulah yang kita rasakan dalam shalat. Dan itu pula yang kita lakukan setelah shalat, sebagaimana DIA ajarkan pada ayat-ayat berikut ini.

QS. Thahaa (20): 14
'Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."

QS. An Nisaa'(4): 103
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

Secara umum, dengan selalu ingat kepada Allah kita akan memetik banyak manfaat, diantaranya adalah:

1. Hati kita akan selalu tenang dan tentram, jauh dari rasa was-was. Sebagaimana difirmankan Allah berikut ini.
QS. Ar Ra'd (13): 28
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tenteram.

2. Menjadi orang yang 'tahan banting' alias sabar dan tegar, karena kita merasa selalu dekat dengan Allah.
QS. Al Baqarah (2): 153
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

3. Menjadi orang yang ikhlas dan rendah hati, karena kita tahu bahwa kita ini memang sebenarnya kecil. Hanya Allah yang Maha Besar.
QS. Al Furqaan (25): 63 - 64
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas Bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. " "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka."

4. Terhindar dari perbuatan yang kotor (keji) dan merugikan (mungkar) orang lain.
QS. Al Ankabut (29): 45
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

5. Menjadi orang yang 'Berhati kaya', alias tidak 'Serakah' dan suka menolong orang lain, karena kita merasa dekat dengan Dzat Yang Maha Kaya lagi Menyayangi.
QS. Ali lmran (3):134
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan masih ratusan manfaat lagi yang bisa kita petik dari kedekatan kita kepada Allah. Secara umum Allah mengatakan bahwa orang yang dekat kepada Allah akan terjauhkan dari rasa sedih dan bakal bergembira terus di Dunia maupun di Akhirat. Sebagaimana Dia firmankan berikut ini.
QS. Yunus (10): 62 - 64
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bettakwa."
"Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di Dunia dan (dalam kehidupan) di Akhirat. Tdak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.”

2. Shalat adalah Berdo'a.

Seringkali, shalat kita tidak bermakna sebagai do'a (permintaan tolong kepada Allah). Shalat adalah sebuah kewajiban belaka. Sedangkan untuk berdoa, kebanyakan kita melakukannya di luar shalat. Misalnya, setelah shalat. Atau, waktu-waktu lain yang dianggap mustajab.

Padahal, coba perhatikan ayat-ayat berikut ini. Allah memerintahkan agar kita minta tolong (berdo'a) kepadaNya dengan cara shalat. Mereka adalah orang-orang, yang istilah Allah ‘lambungnya jauh dari tempat tidumya’. Artinya, mereka banyak melakukan shalat malam untuk berdo'a kepada Allah dengan penuh harap.

QS. Al Baqarah (2): 45
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat Dan sesungguhnya yang demikian itu. sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'

QS. Al Badarah (2): 153
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

QS. As Sajdah (32): 15 - 16
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri,

Lambung mereka jauh dari tempat tidumya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Nah, dengan demikian, mestinya kita mulai merubah cara minta tolong kita kepada Allah. Cara berdo'a yang paling baik yang dianjurkan Allah adalah dengan melakukan shalat. Di dalam shalat itulah kita berdo'a dan memohon pertolongan atas berbagai permasalahan yang kita hadapi. Dan setelah itu, tunggulah 'hasilnya' dengan penuh kesabaran.

Namun demikian, berdo'a memang tidak dibatasi hanya dalam shalat. Allah 'menerima' do'a kita kapan saja kita butuh. Akan tetapi, shalat adalah tatacara yang secara 'formal' diajarkan oleh Allah. Insya Allah, jika kita mengikuti petunjuk tersebut do'a kita lebih mustajab.

Pada dasarnya, tatacara dan ucapan-ucapan di dalam shalat telah ditentukan oleh Rasulullah saw. Akan tetapi, kita bisa memaknai ucapan-ucapan itu dengan hal-hal yang sedang menjadi permasalahan dalam kehidupan kita. Sehingga do'a kita di dalam shalat itu tidaklah hambar, melainkan 'ngematch' alias nyambung dengan problem kehidupan sehari-hari.

Selain memberikan makna kepada do'a standar dalam shalat, ada saat-saat yang kita diperbolehkan berdoa secara 'lebih bebas' di dalam shalat kita. Di antaranya adalah pada saat i'tidal, yaitu seusai membaca do'a i'tidal (contohnya: ada yang membaca do'a Qunut ada yang tidak).

Saat-saat yang lain, adalah ketika duduk di antara dua sujud, dimana kita selalu mengucapkan do'a memohon kesehatan, rezeki, permohonan ampun dan permintaan maaf, dan lain sebagainya. Juga di dalam sujud, dimana kita sedang dalam 'kondisi terdekat' kita dengan Allah. Dan akhirnya, pada saat menjelang salam, setelah membaca tasyahud akhir dan shalawat Nabi.

Begitulah, sangat banyak kesempatan yang diberikan kepada kita untuk berdo'a di dalam shalat. Intinya, agar shalat kita tidak terasa hambar. Tetapi memiliki 'muatan' kebutuhan hidup dan permintaan tolong kepada Allah atas segala problem kehidupan kita.
Dan yang paling penting dari proses berdo'a kita itu adalah sikap hati. Janganlah kita ragu di dalam berdo'a. Yakinlah, Allah pasti menjawab do'a kita, asalkan kita memang bersungguh-sungguh di dalam berdo'a. Hal itu telah Dia janjikan dalam firmanNya. Nggak usah ragu. Sekali lagi jangan sampai ragu, karena Allah akan mengabulkan do'a kita sesuai dengan prasangka hati kita. Kalau yakin, hasilnya ya meyakinkan. Kalau ragu, hasilnya ya meragukan.

QS. Al Baqarah (2): 186
"Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. "

Sebelum lebih jauh kita membahas makna do'a-do'a shalat, maka cermatilah firman-firman Allah berikut ini agar do'a kita di dalam shalat lebih 'diperhatikan' Allah. Dan mudah-mudahan dikabulkanNya.

QS. Yunus (10): 22
"... dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada Nya semata-mata... "

QS. As Sajdah (32): 16
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

QS. Al Qalam (68): 48
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).

QS. Al Israa' (17): 11
Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat torgesa-gesa.

QS. Al A'raaf (7): 55
Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang, yang melampaui batas.

Lewat ayat-ayat tersebut Allah mengajarkan kepada kita bahwa do'a yang baik adalah mengikuti kondisi-kondisi tersebut. Di antaranya adalah :
1. Berdo'alah dengan penuh keikhlasan, hanya semata mata, kepada Allah saja. Bahkan, kalimat yang digunakan adalah, mukhlisiina lahuddiin, yaitu mengikhlaskan diri dalam beragama. Bukan hanya ketika berdo'a, melainkan dalam seluruh peribadatan yang kita jalankan, kita ikhlas hanya untuk Allah saja.
2. Dengan rasa takut dan penuh harap. Artinya, janganlah kita berdo'a dengan tidak serius. Misalnya, dengan perasaan 'cuek' dikabulkan syukur, nggak dikabulkan ya sudah. Berdo'a yang seperti ini tidaklah serius. Berdo'a adalah memohon pertolongan kepada Allah, maka tentu dilakukan dengan sepenuh hati dan 'harap-harap cemas'.
3. Jangan berdo'a dalam keadaan marah atau penuh kebencian atas perbuatan seseorang kepada kita. Bertawakallah kepada Allah dengan penuh kesabaran, Insya Allah Dia akan memberikan yang tebaik buat kita.
4. Jangan berdo'a untuk kejahatan. Ikutilah jalan yang lurus yang diajarkan Allah dan RasulNya kepada kita. Meskipun kita sedang terjepit, usahakan agar kita tidak melakukan kejahatan. Sekali lagi bertawakallah kepada Allah, maka Dia akan memberikan yang terbaik buat kita.
5. Ucapkanlah do'a kita dengan suara yang lembut dan berendah diri kepada Allah. Jangan berdo'a dengan suara yang keras, karena Allah sebenarnya begitu dekat dengan kita. Dia lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita (QS.50:16). Dia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hati kita. Jadi kenapa kita mesti berteriak-teriak dalam berdo'a. Orang-orang yang berdo'a dengan suara keras, cenderung memiliki hati yang riya' atau pamer kepada orang lain. Do'a yang demikian menjadi tidak ikhlas adanya.