Saturday, March 10, 2007

13. Y&Z - Yusuf tertuduh

Ketika Yusuf sedang meninggalkan istana Zulaikha, ia berpapasan dengan Wazir Agung dan para pengiringnya. Ketika melihat Yusuf dalam keadaan bingung sama sekali, Wazir pun bertanya kepadanya. Yusuf menjawab dengan gagah, tanpa mengatakan sesuatu yang mungkin membangkitkan kecurigaannya. Dengan kasih sayang Wazir memegang tangan Yusuf, dan bersama-sama mereka berjalan kembali ke istana.

Ketika Zulaikha melihat mereka berduaan, ia berkata dalam hatinya, "Pastilah Yusuf telah mengatakan segalanya kepada Wazir itu!" Terdorong oleh pikiran jahat ini, ia mengangkat suaranya seraya berkata kepada suaminya, "Wahai neraca keadilan, apakah yang patut baginya yang gagal menghormati ikatan kesetiaan perkawinan majikannya, dan yang secara lancang mengkhianatinya di balik tabir kerahasiaan?"

Wazir menjawab, "Katakan kepadaku siapakah yang telah melakukan kejahatan keji? Katakanlah dengan jelas!"

"Budak Ibrani itu," jawabnya, "Yang telah Tuan angkat dari perbudakan dan mengakuinya sebagai putra Tuan sendiri. Aku sedang beristirahat dengan damai di kamarku, tanpa merisaukan urusan dunia, ketika secara tiba-tiba ia merayap masuk seperti pencuri, untuk mencuri kehormatanku sementara aku tak sadar. Orang gila itu sudah akan membuka ikatan perbendaharaanku, ketika aku terbangun dari ketidak sadaranku dan menyadari apa yang terjadi. Kemudian ia ketakutan, tetapi sebelum ia pergi aku menangkapnya dengan cepat pada bajunya. Sobekan pada bajunya adalah sebagai lisan yang menyatakan kebenaran apa yang aku katakan ini. Dan sekarang baiklah Tuan lemparkan ia ke penjara untuk beberapa waktu, atau biarlah ia disiksa sebagai contoh bagi orang lain."

Ketika mendengar hal ini, alangkah berangnya Wazir. Hatinya digelincirkan dan jalan lurus, dan ia mencerca Yusuf habis-habisan,
"Ketika membelimu, aku harus mengosongkan kekayaanku. Kemudian aku mengangkatmu sebagai anak dan menganugerahkan kepadamu segala kehormatan dan pangkat yang tinggi. Aku jadikan Zulaikha sahabatmu yang tetap, dan menyerahkan para pelayannya ke bawah wewenangmu. Para pelayanku sendiri aku perintahkan untuk menaatimu sebagai budak-budak setia. Aku berikan kepadamu semua kebebasan yang aku miliki, tanpa mengancammu dalam hal apa pun. Dan sekarang, tindakanmu bertentangan dengan semua alasan, semoga Tuhan mengampunimu, karena hal itu adalah suatu kejahatan yang engkau lakukan!

Dalam kediaman bencana ini, tak ada kewajiban yang lebih mendasar daripada membalas kebaikan orang yang membawa kebajikan. Tetapi engkau, yang telah menerima demikian banyak kebaikan, terbukti tidak berterima kasih bahkan durhaka. Engkau telah memakan garamku dan menghancurkan tempat garamnya."

Melihat Wazir yang sedang terbakar oleh keberangan, Yusuf mengkerut laksana seutas rambut dalam api. "Tuan!" Ia berteriak, "Keadilan jenis apakah ini? Betapa mungkin Tuan sampai berpikir bahwa saya mampu menjadi penjahat sehina itu? Segala sesuatu yang telah dikatakan Zulaikha kepada Tuan adalah bohong semata. Kebohongannya adalah sehitam lampu yang tak dinyalakan. Perempuan diciptakan dari rusuk kiri Adam, itulah sebabnya tak pernah ada kesalehan yang terlihat pada dirinya! Setiap orang yang dapat membedakan kiri dan kanan dapat memahaminya.

Sejak hari pertama melihatku, Zulaikha telah memburuku sebagai anjing, dan berusaha membuatku mengikuti jalannya. Ia mengepungku di semua sisi dengan segala jenis rekayasa licik, tetapi aku tak pernah melihat kepadanya dengan suatu hasrat untuk memilikinya. Siapakah aku, sehingga sebagai balasan semua kemurahan Tuan berani meletakkan kaki khianat di Harem Tuan? Celaka menimpa orang yang mengambil keuntungan dari ketidakhadiran majikannya untuk pergi duduk di mahligainya!

Dadaku yang menyala dengan bisa pengasingan, ketika Zulaikha mengirim kepada saya seorang utusan, dan menghasutku dengan seratus persoalan. Dengan suatu rangkaian siasat licik ia menggodaku untuk pergi bersamanya ke tempat terpencil ini, di mana ia berusaha untuk membuatku memuaskan keinginannya. Aku demikian terganggu oleh hal itu, sehingga aku bergegas menuju pintu, dan akhirnya aku tiba di sini dalam keadaan tertutup oleh rasa bimbang, tetapi seperti yang dapat Tuan lihat, ia mencengkeram bajuku hingga sobek. Dan hanya itulah yang terjadi di antara kami. Apabila Tuan tidak menerima pernyataanku, maka di sini aku berada, dengan nama Tuhan, lakukan terhadapku apa yang Tuan sukai."

Ketika mendengarnya, Zulaikha bersumpah bahwa dirinya tidak bersalah. Pertama demi Tuhan, kemudian demi kepala Raja, lalu demi mahligai dan mahkota Raja. Kemudian, bahkan ia bersumpah demi kemuliaan dan pangkat Wazir Agung sendiri. Karena cara apa lagi yang bisa dilakukan dalam keadaan seperti itu, bilamana tak ada saksi? Sumpah yang khidmat! Dan semakin banyak sumpah, makin besar kecurigaan akan kepalsuan. Kemudian pada sumpah-sumpahnya ia menambahkan air mata, sembari mempertahankan alasan bahwa Yusuflah si penghasut itu sejak awal.

Karena air mata adalah minyak lampu dusta, dan cahaya api yang dibahan bakari, dengannya dapat dengan mudah membakar seluruh dunia. Terkecoh oleh air mata dan sumpah itu, Wazir menyerahkan usaha untuk menemukan kebenaran. Ia memberi perintah agar Yusuf dipenjarakan, sampai pada saat nanti ketika rahasia itu terkuak.

***

Sementara Yusuf diantar dengan hatinya yang penuh kecemasan ke tempat kediaman penderitaan itu, dalam batin ia berpaling kepada Ilahi dengan berdoa,
"Engkaulah yang memberitahukan semua rahasia yang tersembunyi, yang melaluinya orang beriman mendapatkan pengetahuan rahasia! Tak pernah Engkau mencampurkan kebenaran dengan kepalsuan. Siapakah selain Engkau yang dapat menyorotkan cahaya pada peristiwa itu? Melihat bahwa Engkau telah memandikan aku dalam cahaya ketulusan, janganlah kiranya dibiarkan aku dicurigai berkata bohong! Aku memohon kepada-Mu, berikanlah suatu bukti demi membelaku, yang akan membuat kejujuranku jelas laksana terangnya sinar mentari!"

Diluncurkan dari busurnya, anak panah doanya mencapai sasaran. ada seorang perempuan dalam rombongan Zulaikha yang mempunyai anak berusia tiga bulan. Bayi yang seputih bunga lili itu belum pernah mengucapkan sepatah kata pun, tak pernah membaca sebuah huruf pun dari buku. Sekarang tiba-tiba ia berseru dengan suara keras,

"Wahai Wazir Agung, melangkahlah dengan lembut, hati-hatilah terhadap penghukuman tergesa-gesa. Yusuf tidak pantas dihukum, sebaliknya, ia patut mendapatkan penghormatan dan kebijakan Tuan."

Wazir itu tercengang oleh keajaiban ini. Kemudian ia berkata dengan halus kepada anak itu,
"Katakan kepadaku, wahai engkau yang telah diajari kefasihan oleh Tuhan sementara lidahmu masih basah oleh air susu ibumu, siapakah yang menyalakan api yang telah membakar tirai kehormatan dan kemuliaanku?"

Bayi itu menjawab,
"Aku bukanlah mata-mata penjilat yang mengungkapkan rahasia orang, melainkan ada suatu hal yang mungkin tidak Tuan pertimbangkan. Dekatilah Yusuf, dan lihatlah bagaimana bajunya tersobek. Apabila sobeknya pada bagian depan, maka Zulaikha tidak bersalah dan Yusuf yang berdusta untuk menyelamatkan dirinya, namun apabila sobeknya pada bagian belakang, maka Yusuf tidak bersalah."

Wazir segera menerima nasihat tersebut dan memeriksa baju itu. Ternyata baju itu sobek pada bagian belakangnya. Kemudian ia menumpukkan penyesalan pada perempuan yang khianat itu,
"Seharusnya telah aku ketahui bahwa ini adalah salah satu tipu dayamu, dan adalah gagasanmu untuk memenjarakan pemuda hebat itu. Sesungguhnya adalah perbuatan khianat, dan sangat merugikan bagi dirimu sendiri! Tersesat dari jalan kehormatan dan nama baik, demi lari mengejar budakmu sendiri! Bukan saja engkau puas melakukan perbuatan kotor seperti itu, tetapi engkau juga melemparkan kesalahan kepadanya! Sungguh, kelicikan perempuan menghancurkan hati, ia menjahatkan si bajik dan memperbudak si bijak!

Pergilah sekarang! Mohon ampunlah kepada Tuhan. Palingkanlah wajahmu ke dinding dengan rasa malu, dan dengan air mata panas, cucilah dosa ini dari buku hidupmu!

Dan engkau, Yusuf! Tutup bibirmu tentang hal ini, jangan biarkan siapa pun mengetahuinya. Cukuplah bahwa kesucianmu telah dinyatakan dengan jelas. Janganlah melangkah di jalan fitnah. Lebih baik menarik tirai atas hal ini daripada menyobek tirai itu.